sukowiyono1

Kiri ke kanan: Prof Sukowiyono (Ketua APTISI VII), Bapak dan Ibu Fatah (STKIP PGRI Jember), Heru (UNIK Kediri), dan Prof Iwan Nugroho (UWG)

Pada tanggal 9 hingga 16 Juni 2014, Rektor Universitas Widyagama Malang, Prof. Dr. Ir. Iwan Nugroho, MS, melaksanakan kunjungan ke kota Shanghai (Tiongkok) dan sekitarnya untuk melaksanakan studi banding (lihat peta).  Kegiatan ini merupakan program tahunan APTISI (Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia) wilayah VII Jawa Timur, diikuti oleh tiga puluh peserta dari berbagai PTS di Jawa Timur.  Menurut Ketua APTISI VII, Prof Sukowiyono, studi banding ke luar negeri diprogramkan setiap tahun diikuti oleh pimpinan PTS, diutamakan ke PT di Asia.  Studi banding kali ini dilaksanakan di dua perguruan tinggi, yakni Fudan University (FU) di Shanghai dan Zhejiang University of Technology (ZJUT)  di Hangzhou.  Kunjungan secara umum bertujuan untuk menjalin peluang kerjasama, mempelajari lingkungan dan budaya akademik, kehidupan kemahasiswaan, beasiswa, dan peninjauan fasilitas kampus.

Kunjungan di FU, diterima oleh Prof. Wu Zhongwei, yang merupakan ketua (Dean) International Cultural Exchange School (ICES)  Rombongan APTISI memperoleh penjelasan tentang ruang lingkup dan fungsi bidang kerjasama internasional dan mahasiswa asing.  Penjelasan dibantu penerjemah mahasiswa asal Medan, Indonesia, namanya Hasta, yang sedang mengambil Magister Bahasa Mandarin.  FU menempati peringkat 5 besar PT di Tiongkok.  FU telah berdiri sejak tahun 1905.  FU setiap tahun menerima sekitar 3000 mahasiswa asing dari 60 negara, untuk belajar di program S2, S3 atau belajar bahasa Mandarin.  Karenanya FU menjadi potret PBB skala kecil, dan memungkinkan interaksi budaya antar bangsa.  Keuntungan ini menjadi daya tarik mahasiswa asing. Pembelajaran bahasa Mandarin dikemas dalam paket 3 bulan, 6 bulan, atau 1 tahun.  Di ICES sendiri, 50 persen adalah mahasiswa asing, terutama Jepang dan Korea.  FU melaksanakan kerjasama dan pertukaran mahasiswa dengan 6 Universitas di Inggris untuk pembelajaran bahasa Mandarin.  FU juga mempunyai program pembelajaran bahasa Mandarin klas musim panas, program khusus dari manajer bank, manajer bisnis, dan diplomat yang bekerja di Tiongkok.

Studi banding diakhiri dengan kunjungan keliling kampus, dipandu oleh petugas kampus dengan naik bis.  Kampus FU yang terletak di tengah  kota Shanghai, nampak asri, tertib dan bersih.  Gedung-gedung tua tetap dipertahankan keasliannya, termasuk patung Mao Tse Dong yang berdiri kokoh dari sekitar bangunan lama kampus.  Mahasiswa umumnya menggunakan sepeda untuk mendukung mobilitas dalam kampus yang cukup luas ini.  Pemandangan sepeda parkir ditemukan di setiap gedung, seperti halnya di jalanan umum di Shanghai (lihat galeri bawah).

Di ZJUT, rombongan diterima oleh Prof. Pan Bo Song, yang merupakan direktur international college.  Prof. Pan mempresentasikan tentang program akademik dan mahasiswa asing di ZJUT.  Presentasi dipandu dan diterjemahkan oleh mahasiswa asal Sidoarjo, Indonesia, Muhammad Tajuddin Muslim, yang sedang studi magister manajemen pendidikan.  ZJUT berdiri sejak tahun 1953, memiliki total 30000 mahasiswa (lihat profil ZJUT).  Ada sekitar 66 program S1, 71 S2, dan 12 S3.  Kuliah disampaikan dalam klas bahasa Inggris, atau yang berbahasa Mandarin.  ZJUT memiliki tiga kampus yang terpisah dengan luas total 213 ha.   Yang dikunjungi adalah kampus  yang terluas (di 18, Chaowang Road), dua lainnya berada di dekat kota. ZJUT merupakan universitas dengan peringkat 65 dari 300 PT di Cina, dengan pertumbuhan kualitas akademik yang pesat, didukung pembiayaan penuh pemerintah.  Di ZJUT, mahasiswa asing umumnya memperoleh beasiswa dari pemerintah Cina (Confucious institute scholarship, meliputi biaya kuliah, biaya hidup dan uang saku), dengan mengambil beragam program studi.  

zjut16 tajuddin

M Tajuddin Muslim (tengah), mahasiswa Indonesia asal Sidoarjo, sedang studi di ZJUT, Hangzhou

Posisi ZJUT berada di tepi kota Hangzhou, dengan paronama lingkungan dan pegunungan yang hindah. Lingkungan ini menarik minat mahasiswa asing, diantaranya berasal dari Indonesia, Malaysia, Timur Tengah, atau negara muslim lainnya.  Menurut  Tajuddin, masyarakat Hangzhou sangat ramah dan menghormati para pendatang yang multikultural.  Tajuddin merasakan manfaat yang luar biasa selama belajar di ZJUT, bertemu dengan banyak kultur, dengan rasa saling menghargai.  Ia merasa tidak ada hambatan dalam menjalankan kehidupan sebagai muslim.  Tajuddin, yang juga menjadi ketua perhimpunan mahasiswa Indonesia, sering menyelenggarakan kegiatan-kegiatan keIndonesiaan, seperti permainan, olahraga, atau seni.  Terkadang, kegiatan itu juga melibatkan mahasiswa asing lainnya.  Semua mahasiswa asing disediakan asrama di sekitar kampus dengan fasilitas yang memadai.  Mahasiswa asing juga diberikan counseling pada tahun pertama untuk adaptasi budaya dan akademik.

ZJUT sering menerima kunjungan dari Indonesia, baik berasal dari perguruan tinggi (mahasiswa dan dosen) atau SMP/SMA (murid dan guru),  diantaranya siswa dari SMP Muhamadiyah dari Surabaya, serta guru-guru dari Sulawesi Selatan.   ZJUT secara fleksibel dapat menerima program kursus singkat bahasa Mandarin, kuliah alih semester, atau kerjasama lainnya.

Studi banding diakhiri dengan kunjungan keliling kampus, dipandu oleh Tajuddin dengan naik bis (lihat galeri di atas).  Kampus ZJUT lebih luas dari FU, dengan latar belakang perbukitan yang nampak megah, indah dan bersih.  Bangunan kampus baru mencapai 30 persen dari rencana.  Di beberapa blok terdapat puluhan  bangunan asrama mahasiswa berlantai enam.  Konsep bangunan kampus ramah lingkungan.  Tersedia ruang terbuka hijau, danau dan plasa, untuk mendukung keindahan kampus.  Sama dengan di FU, mahasiswa umumnya menggunakan sepeda untuk mendukung mobilitas dalam kampus yang sangat luas.  (in)