Pada waktu lampau hingga saat ini pertanian selalu memerlukan lahan yang luas, dan hanya orang-orang tertentu saja yang memiliki lahan luas tersebut. Untuk saat ini, jika pertanian tetap menggunakan lahan yang luas, maka perlu biaya yang sangat besar untuk pengadaan lahan baru. Image yang masih melekat pada sementara orang bahwa pekejaan di bidang pertanian identik dengan kumuh, upah rendah, dan kepanasan. Salah satu alternatif untuk menghilangkan image tersebut dikenalkanlah model pertanian eksklusif yang sangat menjanjikan yaitu “Model Pertanian 20 m2” yang merupakan Program Teknologi Asistif 2021 (Teknologi Inovatif untuk Pembelajaran).

Model tersebut dikenalkan oleh Prof. Dr. Ir. Sukamto, MS dan disosialisasikan secara terbatas di lingkungan Fakultas Pertanian Universitas Widyagama Malang  pada hari Sabtu, 2 Oktober 2021. Sukamto yang merupakan dosen Program Studi Teknologi Hasil Pertanian FP UWG menyampaikan bahwa model tersebut merupakan model pertanian yang terintegrasi. Dari lahan seluas 20 m2 dilakukan usaha budidaya ayam joper, budidaya cacing, budidaya ikan lele, dan budidaya tanaman angkung. “ Ini adalah model pertanian yang bersih karena tidak ada sisa yang dibuang. Dari ayam joper, selain menghasilkan daging juga menghasilkan kotoran yang bisa diproses untuk makanan cacing dan lele, juga untuk pupuk tanaman. Budidaya cacing akan menghasilkan cacing dan kascing (bekas cacing, bekas media yang digunakan untuk memelihara cacing). Cacing akan diproses untuk bahan kecantikan, sedang kascing bisa digunakan untuk pemupukan pada budidaya tanaman angkung. Tanaman angkung menghasilkan biji yang saat ini merupakan komoditas ekspor, dan daunnya diproses untuk dijadikan pupuk. Untuk keperluan air digunakan drip irrigation, dengan menggunakan pompa untuk sirkulasi air,” jelas Guru Besar ketiga produk Kampus Inovasi ini.

Dalam sambutannya mengawali acara sosialisasi ini, Dekan Fakultas Pertanian Dr. Ir. Darmadji, MP mengajak para mahasiswa untuk fokus pada penjelasan Sukamto dan berharap agar bisa melaksanaan model pertanian yang hanya memerlukan lahan 20 m2 ini. “Model ini pasti sangat menarik untuk dikembangkan karena hanya memerlukan lahan yang relatif sempit,” demikian tekan Darmadji.

Acara sosialisasi ini dibuka secara resmi oleh Rektor Universitas Widyagama Malang Dr. Agus Tugas Sudjianto, ST, MT. Dalam sambutannya Agus Tugas Sudjianto menyampaikan bahwa model pertanian yang hanya memerlukan lahan 20 m2 sangat menarik seperti menariknya judul film ‘5 cm’ pada beberapa waktu lalu. Rektor ke-enam UWG ini mengungkapkan  rasa terima kasihnya  kepada Sukamto yang telah mengembangkan penelitian, yang salah satu hasilnya adalah model pertanian 20 m2 ini.

Sosialisasi yang diikuti oleh dosen Fakultas Pertanian dan mahasiswa semester 3, 5, dan 7 dari ketiga program studi ini dimoderatori Ir. Suprihana, MP, Wakil Dekan Fakultas Pertanian. Menariknya tema sosialisasi ini ditandai dengan banyaknya peserta yang mengajukan pertanyaan, bukan hanya dari kalangan mahasiswa, tetapi juga dari para dosen. Dalam kata penutupnya, Suprihana berharap model pertanian 20 m2 ini  dapat diaplikasikan oleh peserta dan disebarluaskan kepada generasi muda lainnya baik di perkotaan maupun di pedesaan, terutama pada masa pandemi covid-19 ini. (san/pip/red:sph)