Pilar-UWG Malang – Reza Rafi Saputra, mahasiswa UWG sekaligus duta kampus giat mengikuti lomba esai yan diadakan oleh beberapa universitas. Ia mengangkat isu-isu atau masalah penyandang disabilitas di masyarakat dari berbagai sektor.

Ia menjelaskan bahwa telah mengikuti tiga lomba diantaranya Lomba Esai Nasional tema “Inovasi Generasi Muda dalam Mengoptimalkan Potensi Sumber Daya dan Iptek guna Mewujudkan SDG’s 2030”.

“Penyelenggara kegiatan ini adalah BEM FKIP Universitas Mataram pada 20 April  hingga 15 Mei 2022,” ujarnya.

Judul Karya Esai yang ia angkat adalah Pemberdayaan Penyandang Disabilitas Desa Bedali Melalui Optimalisasi Kreativitas Dan Inovasi Produk Batik Cap Ciprat (Capcip) Difabel.

“Lalu Lomba Esai Civics Scientific Writing Competition, dengan tema Optimalisasi Peran Warga Negara dalam Mewujudkan SDG’s 2030”, lanjutnya.

Lebih lanjut, penyelenggara kegiatan ini adalah BEM HMCH Universitas Pendidikan Indonesia yang diselenggarakan pada 15 April hingga 21 Mei 2022.

“Judul Karya Esai yaitu Revitalisasi Akses Pelayanan Publik Yang Ramah Terhadap Penyandang Disabilitas Guna Mewujudkan Kota Ramah Disabilitas Di Indonesia,” ungkapnya.

Dan yang terakhir yaitu Toleranation, A Grand Competition of United Festival 2022. Lomba Desain Poster dengan tema “Harmony in Diversity. Penyelenggaranya adalah BEM Universitas Surabaya, dan diselenggarakan pada 21 Maret hingga 20 Mei 2022.

“Judul Karya Poster yaitu Milennial Generation and The Face Of Humanity : “Toleransi, Radikalisme, dan Ketahanan Nasional di Indonesia” katanya.

Motivasi Ravi yaitu ingin mengasah kreativitas dan Skill menulis, karena dengan menulis esai mahasiswa dapat menuangkan aspirasi serta memberikan solusi yang konkret bagi permasalahan yang dibahas dalam karya tulis tersebut.

“Dari segi yg lain, saya pingin melatih kemampuan berpikir saya dalam bidang ilmiah. Karena zaman sekarang generasi muda sudah dituntut untuk mengoptimalkan potensi mereka dalam menghadapi tantangan global sehingga dapat mewujudkan SDG’s di masa depan,” lanjutnya.

Lomba esai ini merupakan kali pertama  ia ikuti, jadi menurutnya hal ini sangat menantang sekali untuk dicoba. Dengan mengikuti lomba esai ini, ia mencoba menyampaikan solusi dan inovasi terkait dengan permasalahan yang ada di lingkungan masyarakat sekitar terutama isu atau masalah disabilitas.

“Judul yang saya angkat juga kebanyakan mengenai penyandang disabilitas. Karena saat ini penyandang disabilitas masih dipandang sebelah mata oleh sebagian masyarakat, sehingga saya ingin mengangkat isu ini, bahwa disabilitas bukanlah sebuah kutukan dan hal yang harus dijauhi,” lanjut Ravi.

Penyandang disabilitas ini juga mempunyai potensi besar, dibalik kekurangan mereka juga mempunyai potensi dan bakat yangg seharusnya bisa disamaratakan dengan manusia normal lainnya.

“Tulisan saya berhubungan dengan penyandang disabilitas di sektor pendidikan, ekonomi, fasilitas umum, ketenaga kerjaan hingga isu transportasi dan pariwisata dan budaya,” paparnya.

Harapan kedepan Ravi,  berawal dari keinginan terbesarnya yaitu dapat meraih prestasi lain diluar yang belum ia coba.

“Karena selagi masih kuliah semoga bisa mengejar dan mengumpulkan banyak prestasi,” lanjutnya.

Sebelum mengikuti kompetisi dipersiapkan dulu persiapannya secara matang agar membawa hasil yg diinginkan, dan jangan lupa selalu minta doa restu kepada ortu agar yg diinginkan dapat terkabulkan. Dibalik mengejar banyak prestasi pasti ada sesuatu yg dikorbankan. Entah itu waktu luang, waktu istirahat, atau waktu bersama keluarga.

“Strategi yg sangat menguntungkan jika benar-benar dilakukan yaitu berani ambil resiko, terus mengasah potensi diri (skill), membaca peluang/kesempatan dengan teliti dan cermat, punya impian yangg besar, sekalipun itu besar tetap diiringi dengan doa dan usaha, sangat terbuka pada kritik dan saran orang lain kepada kita6 serta disiplin waktu dan cerdas dalam memanajemen waktu,” ungkapnya.

Ia pun menambahkan di akhir wawancara pada pada Selasa (24/05/2022). Semangat Menolak Menyerah, Teruslah berlatih tanpa henti. Kritis, memiliki wawasan terbuka. Jangan pernah merasa puas. Selain itu, belajar disiplin terhadap peraturan, waktu, dan misi untuk mencapai impian dan prestasi di hari esok.

“Winning Is The Only Thing, It Isn’t Everything.”

Menjadi juara hanyalah 0,1% kebanggaan, sedangkan proses menjadi juara adalah 99.9% dari lingkar keberhasilan.

“Jangan pernah berhenti mencoba. Sejatinya tugas kita adalah belajar: belajar dari pengalaman, dan belajar dari kesalahan. Pengalaman adalah guru terbaik, kegagalan adalah proses untuk mencapai kesuksesan,” ungkapnya. (san/pip*rafi)