Jaim yang berilmu

Hari minggu, 2 agustus 2009, di metro tv, mario teguh menjelaskan mengapa harus jaga image (jaim). Alasannya adalah agar supaya orang yang tidak kenal dengan kita tidak berpersepsi lain terhadap kita. Hal tersebut sepenuhnya benar dan tepat. Dengan demikian jaim membuat dan menciptakan syarat langgeng tentang hubungan pertemanan atau persahabatan. Bukankah langgengnya persahabatan adalah syarat bagi lahirnya manfaat-manfaat lainnya.
Namun, jaim menurut mario teguh bukan tanpa syarat. Jaim itu meminta bekal ilmu. Setidaknya ada dua ilmu, yakni ilmu untuk memahami orang lain dan ilmu perihal substansi jaim.
Ilmu yang pertama, meletakkan orang lain dengan segala latar belakang dan kepentingannya, untuk dipentingkan, diuwongke, dan dihargai. Karena menghargai orang lain, berarti perlu mengorbankan diri sendiri. Di saat sibuk dan padat, kita tetap wajib, meski menunda, membalas sms dari anak buah atau rekanan. Sering harus membalas dengan nada gembira sekalipun kita keberatan. Kita terpaksa harus ikhlas sekalipun agak dongkol. Berbagai bentuk kebohongan, keterpaksaan terpaksa dilakukan. Pada posisi ini, sikap sabar, menahan diri, mengendalikan diri, diperlukan.
Ilmu yang kedua, penguasaan substansi. Ini membutuhkan pengalaman, jam terbang, pendidikan, ketrampilan, ilmu, teknologi, seni, dan bentuk kompetensi lain. Seorang pilot dengan lugas, tenang dan santai menguasai dan menjelaskan perihal dunia penerbangan. Ia akan dengan mudah menganalisis apakah kecelakaan udara disebabkan human atau technical error. Seorang ulama, akan mudah mengalirkan ayat, hukum dan pengalaman empirik untuk memberi jalan keluar terhadap permasalahan umat. Ia bahkan bisa menghasilkan joke-joke sindiran segar tanpa menyinggung perasaan. Pada posisi ini, sikap sabar, kerja keras, gigih diperlukan agar penguasaan ilmu menjadi paripurna. Ilmu ini juga terus dilatih dan diimplementasikan dengan keadaan dunia nyata dan masyarakat.
Jadi, jaim yang berilmu perlu sabar dan kerja keras