Kewirausahaan Sosial dan Pemerintah

Kewirausahaan adalah suatu cara berpikir atau jiwa, sikap, dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru yang sangat bernilai dan berguna bagi dirinya dan orang lain.   Kewirausahaan dapat diukur melalui kreativitas dan inovasi. Kreatifitas adalah memikirkan sesuatu hal yang baru sedangkan inovasi adalah membuat sesuatu yang baru.  Dengan kata lain inovasi diibaratkan menjadi bahan bakar, sementara kewirausahaan adalah mesin.

Konsep di atas sudah banyak diketahui dan tidak seorangpun menyangkalnya.  Namun banyak yang keliru menafsirkan bahwa enterpreneur pastilah orang yang berbisnis atau trampil berdagang.  Sehingga sering diplesetkan bahwa seorang dosen yang mengajar kewirausahaan haruslah yang ’praktek’ berdagang.

Yang dibutuhkan seorang entrepreneur adalah cara pandang yang inovatif.  Orang itu bisa birokrat, tokoh masyarakat, atau dosen peneliti yang sama sekali tidak tahu atau tidak tega berdagang.  Almarhum Prof Andi Hakim Nasution, dahulu Rektor IPB Bogor, adalah penggagas program perintis II, yakni jalur masuk tanpa tes ke perguruan tinggi pada tahun 1970an.  Mahasiwa tingkat satu IPB mendapatkan proses pembelajaran sangat-sangat intensif, agar terlatih berkreasi dan berinovasi.  Hasilnya, lulusan IPB bisa kerja dimana saja. Ada birokrat, konsultan, LSM, presiden, politisi, peneliti, penyiar TV, musisi hingga petani.  Boleh dikata, Prof Andi berhasil mencetak entrepreneur-entrepreneur.  Apakah beliau juga seorang entrepreneur?

Saat ini konsep kewirausahaan sudah jauh maju dan berkembang.  Secara empirik, faktor sosial dan pemerintah ikut mendorong berkembangnya kewirausahaan, sehingga lahirlah konsep kewirausahaan sosial dan pemerintah.

Kewirausahaan sosial lebih menitikberatkan kepada lahirnya bangunan tata nilai sosial, yang dicapai melalui perubahan sosial disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan sosial (Mair and Marty, 2006).    Menurut Martin dan Osberg (2007), perbedaan kewirausahaan individu dan sosial adalah terletak pada mekanismenya.  Mekanisme Kewirausahaan individu adalah mengantisipasi dan mengorganisasikan pasar agar berfungsi menghasilkan produk dan jasa sekaligus profit bagi entrepreneur.   Mekanisme kewirausahaan sosial adalah memberdayakan masyarakat yang kurang beruntung menjadi lebih berkesempatan untuk mencapai kesejahteraan.  Kewirausahaan sosial memuat tiga komponen: (i) mengidentifikasi sistem/keseimbangan yang menyebabkan kerugian atau berkurangnya kesejahteraan, (ii) mengidentifikasi peluang perbaikan keseimbangan, dengan mengembangkan tata nilai sosial baru untuk mempengaruhi tata nilai yang ada, dan (iii) menyusun keseimbangan baru, untuk mencegah kerugian dan menjamin kesejahteraan masyarakat luas.

Contoh sukses wirausaha sosial adalah Mohammad Yunus, penerima nobel ilmu ekonomi tahun 2007.  Ia berhasil mengembangkan Grameen Bank untuk kaum miskin di Bangladesh.  Inovasi baru ini  bertentangan dengan kaidah umum target pasar bank, yaitu mereka yang mampu dan berisiko kecil.  Kemacetan akses kaum miskin terhadap bank dipecahkan dengan sistem kredit mikro dikelola dalam pola kelompok.

Konsep kewirausahaan pemerintah berhubungan dengan berkembangnya fungsi layanan pemerintah mengikuti kaidah dan cara berpikir bisnis swasta.  Pola pikir entrepreneur dipelopori oleh pimpinan birokrasi sehingga menghasilkan perubahan  sistem birokrasi yang mendukung kreativitas, inovasi, efektivitas, efisiensi, profesionalitas, dan selalu berorientasi pada kepuasan pelanggan (masyarakat).

Pengembangan kewirausahaan pemerintah, atau lebih spesifik wirausaha birokrat, tidak berarti membentuk kongsi birokrat-pebisnis, sehingga menjadikan kantor pemerintah sebagai perusahaan yang mengambil untung dari masyarakat.   Seorang birokrat harus bisa mengidentifikasi adanya kemacetan dalam birokrasi, menyediakan jalan keluar, dan melahirkan inovasi kelembagaan (capacity building) dan perubahan dari cara berpikir birokratik ke entrepreneur.  Contoh wirausaha birokrat adalah Fadel Muhammad, gubernur Gorontalo, yang berhasil mengefektifkan organisasi pemerintah provinsinya dan menghasilkan pelayanan publik yang sesuai dengan harapan masyarakat.    Kiranya, Prof Andi Hakim juga layak disebut wirausaha birokrat, karena mempelopori dan mengubah sistem PMB tanpa tes dan diakui keberadaannya hingga saat ini.

Salah satu identitas Universitas Widyagama adalah kewirausahaan, yang sejak lama mengisi struktur kurikulum.  Dimanapun anda berada, karyawan, sivitas akademika, dan alumni Universitas Widyagama bisa menjadi wirausaha sosial atau pemerintah.  Kembangkan kreativitas, temukan inovasi, dan berikan jalan keluar untuk memecahkan permasalahan masyarakat atau di lingkungan masing-masing.  Selamat berwirausaha!!

Naskah telah dipublikasikan dalam Majalah Pilar edisi Nopember 2008, diterbitkan Universitas Widyagama Malang, menjelang Wisuda semester genab 2008/2009

6 Comments

    • iwan

      usaha saya rugi terus…. dengan usaha blog ini ternyata bisa untung ,.. tdk rugi. thank for your comment

  1. evimarlina

    Saya sangat tertarik dengan hal2 yang berbau kewirausahaan akhir2 ini pak, meski saya orang pendidikan dan sastra

    • kita semua bisa menjadi entrepreneur, dengan berupaya membuat dan meningkatkan nilai tambah dari pekerjaan kita masing-masing. Apa yang kita punya, jadikan manfaat dan berikan ke orang lain. Terimakasih atas komentarnya

  2. Indri Suparno

    Bisa sharing kah?? saya juga penggiat social entrepreneur. Saya adl aktivis sosial yang telah merambah dunia usaha, awalnya sama, jatuh bangun, tapi syukurlah sekarang punya beberapa usaha dan telah didukung oleh banyak aset termasuk properti….silaturahmi dan sedekah membuat usaha2 saya cepat bangkit. Salam kenal Pak…

    • terimakasih komentarnya, info anda sangat menarik dan bermanfaat, memang aspek spiritual dalam berwirausaha sangat penting; sy yakin anda punya definisi yang tepat tentang rejeki dan pertolongan Allah. smg sukses dan senantiasa berbagi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *