Sri, lungo ngendi?

Artikel ini telah terbit di blog kompasiana

Dari kelanjutan kisah sebelumnya, ternyata antara pendukung Sri dan Kus tetap tidak ada titik temu untuk kompromi.  Yang terjadi adalah suasana yang saling menunggu dan diam, tetapi juga tidak menjadi panas atau meruncing.  Kelompok Kus terkadang memancing dengan komentar tajam, tapi tidak ditanggapi oleh pendukung Sri. Kelompok Sri bahkan semakin menonjol di kelas untuk mata-mata kuliah lainnya.  Beberapa orang dari kelompok Sri juga makin aktif dalam kegiatan ekstra kurikuler dalam penalaran ilmiah, dan menunjukkan prestasi dalam kompetisi antar perguruan tinggi

Ringkas cerita, perjalanan persaingan antar kelompok itu terdengar hingga ke manajemen Fakultas.  Namun itu tidak berpengaruh apapun karena itu dinamika mahasiswa, dan senantiasa terjadi setiap tahun.  Yang sedikit mengganggu adalah adanya persaingan antar organisasi kemahasiswaan.   Mengapa demikian?  Karena persaingan antara kelompok Sri dan Kus adalah sesungguhnya adalah persaingan antar organisasi ekstra, hal biasa dalam dinamika kemahasiswaan.  Di kampus itu, kelompok Kus lebih mendominasi struktur personil organisasi mahasiswa.  Kelompok Sri memang tidak dominan, meskipun juga bukan minoritas.  Gangguan yang dirasa manajemen Fakultas adalah dalam kegiatan tertentu yang berorientasi keilmuan menjadi tidak optimal, karena tingkat partisipasi mahasiswa yang rendah.  Yang aktif hanya kelompok Sri.  Upaya-upaya manajemen Fakultas/Universitas untuk mengajak kelompok Kus bergabung dalam kegiatan ilmiah tidak berhasil.

Suatu hari, Fakultas kedatangan tamu dari kedutaan asing.  Tamu itu memberi tawaran beasiswa (sandwich) untuk beberapa orang mahasiswa, dengan kriteria yang sangat kompetitif.  Seleksi akan dilakukan langsung oleh pihak kedutaan untuk memilih nominasi terbaik, agar layak melanjutkan dan mengambil gelar di negara asing itu.  Fakultas diberi kesempatan selama seminggu mempersiapkan calon mahasiswa.

Ringkas cerita beberapa mahasiswa mendaftar ikut mengambil peluang beasiswa.  Sebanyak sepuluh mahasiswa mendaftar berasal dari semester lima ke atas.  Sri oleh teman-temannya diminta mendaftar.  Namun Sri tidak berminat, ia beralasan ingin menemani ibu dan adiknya yang masih SMA.  Sebagai anak tertua, Sri merasa bertanggungjawab untuk keluarga semenjak ayahnya meninggal saat ia masih SMA.  Ekonomi keluarga selain mengandalkan pensiun ayahnya, juga menjalankan usaha toko di pasar pinggir kota.  Dari situ, kehidupan ekonomi keluarga Sri tercukupi.

Tibalah saat seleksi sesuai jadwal yang ditentukan.  Setelah seleksi tertulis, diadakan wawancara.  Satu per satu mahasiswa dipanggil untuk wawancara. Sambil menunggu antrian wawancara, peserta seleksi terdiam.  Ada perasaan tekanan oleh tingkat kesulitan materi tes tertulis.  Peserta tidak diperkenankan pulang karena hasil pengumuman saat itu juga disampaikan sesudah wawancara.  Ternyata, hasil akhir seleksi menunjukkan tidak seorangpun lolos seleksi.

Dekan tidak dapat menyembunyikan perasaan kecewa.  Dekan menyampaikan permohonan maaf kepada tim seleksi karena tidak dapat memenuhi harapan.  Tidak lupa Dekan meminta diberi kesempatan lagi untuk menjaring mahasiswa yang memiliki potensi akademik yang lebih baik.  Namun hal itu ditolak oleh tim seleksi utusan kedutaan asing tersebut.

Demikianlah kehidupan kampus berjalan normal kembali.  Pengalaman seleksi beasiswa sudah terlupakan.  Saat itu mahasiswa sedang masuk periode libur semester genab sesudah menyelesaikan pekan ujian akhir semester.  Saat kampus relatif sepi, ternyata tim seleksi beasiswa datang kembali menemui Dekan.  Tujuannya untuk meminta daftar mahasiswa berprestasi.  Tim itu meminta satu orang mahasiswa untuk memenuhi sisa kuota beasiswa.  Disinilah nama Sri muncul.  Tim seleksi terkejut dengan prestasi Sri, dan menyatakan heran ke Dekan mengapa Sri tidak ikut dalam seleksi sebelumnya.  Dekanpun menjelaskan alasan seperti diuraikan di atas.

Hari itu pun Sri diminta datang ke kampus.  Tim ingin memperoleh penjelasan langsung dari Sri sekaligus untuk wawancara.  Ringkas cerita, Sri dinyatakan lolos seleksi.  Hanya saja keadaan keluarga tetap menjadi beban pikiran Sri.  Sri kemudian bercerita kepada ibunya tentang kejadian hari itu.  Di luar dugaannya, ibu menyetujui Sri untuk bersekolah ke luar negeri.  Adiknya pun bangga dan mendukungnya.  Akhirnya Sri mantap melangkah menerima beasiswa itu.

Berita tentang beasiswa yang diperoleh Sri segera meramaikan kampus.  Kawan-kawannya mengucapkan selamat kepada Sri yang telah mengharumkan nama kampus.  Manajemen fakultas pun menyatakan kepuasannya.  Namun, tidak demikian halnya dengan sebagian mahasiswa.  Mereka menuding kampus tidak fair.  Kampus dianggap tidak terbuka dalam proses seleksi beasiswa.  Mereka ini, yang merupakan kelompok pendukung Kus, menuding fakultas berlaku tidak adil untuk memenangkan Sri.  Manajemen Fakultas dianggap telah diintervensi oleh pihak kedutaan asing.

Para pembaca, monggo dipun penggalih piyambak

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *