Ketika masuk bulan ramadhan, niatan puasa disampaikan. Hati setiap orang dipersiapkan sebagai tamu agung Allah. Manusia yang beriman diundang oleh Allah untuk menjalankan rukun islam ketiga itu. Diundang artinya Allah menempatkan dan menghormati manusia untuk disilakan …, layaknya tamu undangan, khususnya tamu yang istimewa. Artinya, kita diundang karena punya predikat beriman (lihat tulisan sebelumnya).
Karena sebagai tamu agung, selayaknya tamu bersikap yang baik dan menghormati tuan rumah. Sebagai tamu, diminta datang mentaati waktu sesuai undangan, diminta menunggu antrian karena memang tamu-tamu berlomba berdatangan, diminta mengikuti persyaratan sebagai orang beriman, diminta mentaati peraturan, dan diminta menghormati tamu-tamu yang lain. Jadi, Allah mengundang orang yang beriman dan meminta memenuhi syarat undanganNya. Sudah pasti janji Allah akan datang, menjadikan tamu-tamu itu sebagai orang bertaqwa. Orang yang memiliki derajad keimanan yang tinggi, seperti orang-orang terdahulu.
Karena itu, jadilah tamu yang baik sesuai permintaan Allah pada bulan yang agung ini. Niatkanlah menjadi tamu dalam keseharian selama bulan ramadhan. Jadikan semua aktivitas harian sebagai ibadah seperti yang dilakukan para tamu-tamu. Tamu yang senantiasa sabar. Tamu-tamu yang saling mengendalikan diri, tenggang rasa dan salig menghormati. Betapa sejuk dan indahnya bulan ini.
Sikap sabar dapat mengendalikan fungsi otak untuk berpikir jernih, menelaah sesuatu secara cermat dan terukur, mudah menjangkau lingkup permasalahan secara komprehensif. Sikap sabar ini senantiasa ditunjukkan oleh orang-orang yang mengabdikan untuk ilmu, para ulama, dan orang-orang yang tidak terbelenggu dengan kepentingan dunia. Mengapa demikian, karena orang-orang ini sudah selesai dengan urusan dunianya. Selesai dalam arti mampu menempatkan diri urusan dunia sebagai bagian dari proses menuju pengabdian yang kekal. Mereka ini dalam kesehariannya adalah orang yang simpel, supel dan sukses. Di lingkungan kerja atau organisasi sering ditemui orang-orang seperti ini. Ia biasanya ikhlas, pekerja keras, mentaati visi-misi organisasi, suka membantu orang lain, menghormati orang lain dan tentu rajin menjalankan ibadah. Sudah pasti orang-orang ini rendah hati karena yang dimilikinya diabdikan dan diperuntukkan untuk orang-orang sekelilingnya. Ia tidak sedikitpun berkehendak menonjolkan diri atau berhasrat memiliki. Ia sadari semua di dunia ini milik Allah. Ia siapkan dirinya dan yang dimilikinya untuk kembali ke jalan Allah. Wajar saja orang seperti ini menanjak kariernya dan diberi amanah sebagai pemimpin. Siapapun pasti mendukung orang yang sabar menjadi pemimpin.
Berlatih sabar yang paling tepat adalah melalui pendidikan. Dalam proses pendidikan dan pembelajaran itu, ada pepatah kuno yang menyatakan ’jadilah gelas kosong’ karena ia akan terisi dengan siraman air ilmu. Namun pepatah ini sungguh sulit dilaksanakan kecuali sejak awal, atau sejak muda melatihnya. Menjadi gelas kosong menuntut hati untuk menekan ego dan kepentingan individu, disertai sikap keikhlasan siap untuk menerima siraman air ilmu. Menekan ego dan ikhlas menerima ilmu sungguh-sungguh sulit!! Padahal dari situ sesungguhnya benih-benih lahirnya manusia yang berkualitas dan bertaqwa kepada Allah. Itu sebabnya, penghargaan yang disampaikan oleh orang sukses atau pemimpin amanah biasanya adalah kepada orang tua atau guru. Karena orang tua dan guru yang menanamkan pendidikan dan pembelajaran sejak muda, melatih pembelajaran psikomotorik untuk mengendalikan ego anak-anak didiknya, membangun sikap mental berjuang (survival), membangun kerjasama dan keharmonisan dengan penghormatan kepada sesama, dan dilandasi pembelajaran keagamaan yang tinggi. Di akhir pendidikan, semua ingat betul ketika guru berpesan: jangan merasa sendiri di kesunyian, jangan merasa bising di keramaian. Yang bermakna: jangan terpengaruh lingkungan, tegakkan kebenaran, terus berkarya, dan mohon petunjuk Allah. Kesabaran dan kesadaran melalui proses pembelajaran yang panjang menjadi sisi-sisi kekuatan dan ketangguhan para pemimpin yang amanah.
Kesabaran dan pendidikan memang berada dalam ruang yang sama, atau kalau tidak dapat dikatakan bersebelahan. Kesabaran diperlukan agar proses dan tujuan pendidikan dicapai dengan memperhatikan kaidah-kaidah keselarasan antara ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Dengan kesabaran diharapkan peserta didik mampu menempatkan diri saat berkognisi, berafeksi atau berperilaku. Ia dengan mudah menunjukkan posisi dimana harus apresiasi, atensi dan rekomendasi, dan beraksi; bahkan ketika mengambil keputusan. Baginya, tidak ada jalan pintas mencapai tujuan. Sementara itu pendidikan diperlukan agar orang-orang yang sabar ini mengetahui jalan pengabdiannya, menghasilkan perilaku yang produktif bagi kehidupan dunia, serta membimbing sesamanya menuju kehidupan kekal.
Karena itu, bulan yang agung ini sangat disukai oleh orang-orang yang mengabdi ke pendidikan, orang yang sedang mencari ilmu, oarang yang sedang mendekatkan diri kepada Allah dan ilmu Allah. Mari kita berada di dalamnya.
Selamat menjalankan ibadah puasa
Pancagatra, Jakarta, 22 Agustus 2010
semoga kita menjadi orang yang sabar, bersyukur dan berilmu. amin……….
thank you my dear