Memahami generasi muda Indonesia pada saat ini, senantiasa menarik. Mereka selalu semangat, bergerak cepat, mengejutkan, terkadang menghilang, mudah ditebak tetapi sulit diprediksi, smart, antusias .. tapi ada pula yang hopeless. Yang menggembirakan, saat mereka menunjukkan semangat, kreativitas dan belajar tak kenal lelah, bangun pagi sejak shubuh hingga larut malam seolah-olah kekurangan waktu. Yang mengecewakan, saat melihat anak-anak muda membuang waktunya, malas bangun pagi, konsumtif, bermain, dan loyo menghadapi tantangan.
Paling tidak itulah yang penulis amati. Dinamika itu semoga terus menemukan arah menuju pendewasaan, kematangan berpikir, bersikap dan bertindak. Kematangan untuk senantiasa menghasilkan produktivitas dan kemanfaatan bagi dirinya, keluarga, lingkungan, agama dan bangsanya.
Hari ini penulis sangat terharu dan bangga karena ada mahasiswa yang tulisannya dimuat di media massa, lihat di sini. Tulisan itu lahir dari laporan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Hal ini tentu saja sangat diapresiasi, perlu ditonjolkan, perlu dijadikan teladan. Mengapa? Karena itu hal yang tidak mudah dicapai. Diperlukan perjuangan, ketekunan, kreasi, usaha terus menerus, paling tidak sejak bulan September 2011 saat proses penulisan proposal PKM. Hari ini pula, sebelumnya ada mahasiswa meminta penjelasan perihal kisi-kisi ujian melalui blog yang ia merasa belum jelas. Penulis telah menjawabnya sebagaimana lazimnya.
Mahasiswa yang berani mengekspresikan dirinya harus dihargai. Tidak banyak anak muda, baik siswa atau mahasiswa, berekspresi untuk hal-hal positif, yang memuat hal-hal yang mengasah, membelajar atau berjuang paling tidak untuk dirinya. Penulis mempercayai kalau mereka benar-benar berjuang, memilih jalan yang sulit, yang memeras tenaga dan pikiran, sedikit nekat dan panik (ndrredheeg), ada pengorbanan; sekaligus tanpa keluhan dan rintihan, pasti akan ada banyak manfaat dan hikmah di belakangnya. Penulis pun sangat yakin pasti ada pertolongan dibalik perjuangan itu. Pertolongan sebagaimana yang datang kepada orang-orang yang mencari ilmu, para musafir, atau gembala yang amanah menjalankan tugasnya.
Generasi muda yang terlatih berjuang sejak dini, sebelum tahun tujuh puluhan sangat mudah ditemui. Kemiskinan, kekurangan, dan keterbatasan memaksa orang tua melatih anaknya berjuang dalam (pembelajaran) kehidupan. Orang tua mengirim anaknya ke sekolah atau pesantren di kota lain dalam kemandirian dan perjuangan. Jaman kini, medan perjuangan untuk generasi muda agak sulit diterapkan, atau jarang ditemukan. Ada kondisi kolektif tertentu, misal teknologi, materialisme, hedonisme, dan aspek sosial lain yang membuat sulit menemukan medan perjuangan bagi anak-anak muda. Saat ini lebih ditonjolkan suatu pencitraan dimana generasi muda perlu berhati-hati melihat dan menelaahnya.
Dunia saat ini yang sudah menyatu dan mengglobal, harus dijadikan tantangan dan perjuangan. Saat ini, generasi muda dan orangtuanya harus berjuang bersama-sama menemukan ladang perjuangan itu. Orangtua menjadi teladan bagi anak-anaknya untuk membuka dan mengenalkan globalisasi. Jangan takut dunia global. Generasi muda harus siap menjadi masyarakat dunia. Generasi muda Singapura, Malaysia, dan India sudah lebih dulu mengglobal. Wahai orang tua, siapkan generasi muda untuk hidup mendunia sebagai Orang Indonesia yang berbudaya Indonesia, berkarakter Indonesia dan beretika Indonesia, meski tidak harus hidup di Indonesia.
Lembah Panderman Malang, 24 Mei 2012