Menulis Buku Ajar

Menjadi pertanyaan besar bagi seorang dosen, bagaimanakah ukuran kinerja seorang dosen dalam meneliti? Bagaimana pula ukuran kinerja seorang dosen dalam mengajar.  Jawaban pertanyaan pertama sangat jelas, yakni dengan penelitian dan dengan publikasi ilmiah.  Jawaban pertanyaan kedua agak sulit, bisa bermacam-macam.  SK mengajar (dari Ketua Program Studi atau Dekan) bisa jadi jawaban.  Dahulu, bekal SK mengajar bisa menjadi modal bagi dosen mengajar kemana-mana, dimana-mana.  Kini, SK mengajar tidaklah cukup.  Dosen harus mampu menunjukkan rencana pembelajaran (RP) atau dalam bentuk Satuan Acara Perkuliahan (SAP) atau Garis-garis Besar Program Pembelajaran (GBPP). 

RP memuat tujuan instruksional pembelajaran, pokok-pokok bahasan mengajar, sub pokok bahasan, jadwal kuliah, kegiatan pembelajaran, durasi tatap muka, tugas, praktikum dan materi ujian.  Penulis bersyukur RP sudah dipahami banyak dosen.  Mereka melengkapinya dengan handout atau powerpoint yang menarik dan antraktif, sehingga membantu mahasiswa untuk memahami matakuliah.  Benarkah demikian?  Benarkah RP disampaikan sesuai kebutuhan kurikulum secara utuh dan sistematis kepada mahasiswa selama satu semester … tuntas.. tas?  Itu semua belum menjadi jaminan ukuran kinerja mengajar.  Seorang dianggap profesional mengajar, atau menunjukkan kinerja mengajar apabila ia sudah menghasilkan buku ajar. 

Tulisan ini mencoba mendeskripsikan tentang buku ajar dan bagaimana menulis buku ajar?  Materi yang diuraikan berdasarkan pengalaman penulis dalam menerima pembelajaran (sebagai mahasiswa), mengajar, menulis buku ajar, dan sebagai reviewer (ditugaskan Dirjen Dikti) mendampingi dosen yang menulis buku ajar.

Buku ajar, apa itu?

Buku ajar adalah buku yang membantu mahasiswa dan dosen dalam proses belajar mengajar.  Buku ajar berfungsi memandu proses pembelajaran sehingga dosen dan mahasiswa punya pegangan akademik yang kurang lebih sama sesuai keilmuan matakuliah (mengacu kepada kurikulum atau kompetensi tertentu).  Seorang dosen menggunakan buku ajar yang ditulisnya tersebut untuk memandu pembelajaran, maupun menggunakan referensi, tugas, atau penelaahan tertentu bagi mahasiswa.  Karenanya, buku ajar pada prinsipnya seolah-olah menjadi ‘pengganti dosen’ bila tatap muka tidak dapat berlangsung.

Berdasarkan pengertian tersebut, jelas bahwa buku ajar adalah muara dari RP, handout, atau diktat.  Handout adalah garis besar uraian pokok bahasan mata kuliah.  Dosen menggunakan handout dalam wujud powerpoint untuk membantu menyampaikan materi kuliah secara terbatas.  Dengan handout, mahasiswa menyerap ilmu hanya pada hal-hal penting.  Sementara diktat adalah buku yang memuat deskripsi konsep keilmuan dan dalam beberapa hal dilengkapi dengan tugas atau contoh soal.  Diktat punya derajad hampir sama dengan modul (yang digunakan dalam pembelajaran Universitas Terbuka).  Diktat juga tidak banyak membantu dosen dan mahasiswa memperoleh serapan ilmu secara utuh.  Dalam diktat, ilustrasi empirik mengenai hasil-hasil penelitian, pengalaman akademis penulis, atau jurnal “sangat terbatas”.  Diktat juga kurang menunjukkan kekuatan karakter akademik dari penulisnya.  Dosen yang telah menulis diktat, dengan menambah ilustrasi dan pengalaman riset akan menjadi sempurna sebagai buku ajar.

Pengertian buku ajar setara dengan buku teks (textbook).  Buku teks punya ruang lingkup luas, bisa lebih sempit atau lebih dalam dari buku ajar.  Buku teks yang digunakan untuk pembelajaran disebut buku ajar.  Buku teks yang membahas perihal kepemimpinan, mungkin menguraikan secara mendalam konsep kepemimpinan klasik, modern, metode pelatihan kepemimpinan atau kepemimpinan bisnis.  Namun buku itu belum tentu menjadi buku ajar, yang diajarkan kepada mahasiswa secara utuh sesuai dengan kebutuhan kurikulum.

Sementara itu dikenal pula buku referensi.  Ini adalah buku yang menjadi rujukan atau referensi untuk kepentingan keilmuan atau hal umum lainnya.  Termasuk buku referensi ini adalah ensiklopedia (umum atau khusus keilmuan), kamus istilah keilmuan, buku taksonomi, buku pegangan (handbook), almanak, direktori, biografi, bibliografi, indeks dan abstrak, sumber geografi (peta), atau peraturan perundangan.  Di perpustakaan, kategori buku referensi ini diberi label merah, tidak dipinjamkan kepada pengunjung.  Saat ini sudah tersedia buku referensi melalui internet, sebaiknya dipilih yang sudah teruji dan terklarifikasi secara kademik. Seorang dosen disarankan sering-sering memanfaatkan atau mengklarifikasi istilah teknis keilmuannya dengan buku referensi.  Buku referensi tersebut dapat memperkuat dan memperkaya penulisan buku ajar.

Bagaimana menulis buku ajar

Tidak ada cara khusus atau panduan tertentu menulis buku ajar.  Yang ada hanya bagaimana cara menulis yang baik.  Menulis adalah menyampaikan pikiran atau gagasan tertulis secara obyektif, positif dan sistematis.  Obyektif berarti memikirkan sesuatu pada tempatnya, berdasar referensi tertentu, dan menghindari pikiran ego dari sang penulis.  Positif berarti memikirkan sesuatu untuk kebaikan, menciptakan manfaat, membangun motivasi/semangat bagi pembaca; sebaliknya bukan menyebar fitnah, kebencian atau tendensi tertentu.  Sistematis bermakna tulisan dari awal hingga akhir memiliki pertautan sehingga utuh, saling mengisi dan melengkapi membentuk satu tema besar tulisan.  Tulisan yang sistematis memudahkan pemahaman bagi pembaca, kesan yang tidak mudah dilupakan, karena pikiran penulis meresap ke dalam pikiran pembaca; sebaliknya bukan membuat pembaca bingung, cemas atau galau.

Menulis hendaknya memperhatikan tata bahasa Indonesia yang baik dan benar  (http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/).  Sekalipun gaya bahasa seseorang bersifat khas, namun harus tetap menggunakan kaidah tata bahasa.  Dengan sering membaca, sambil memperhatikan tata bahasanya, akan melatih pemahaman menggunakan bahasa tulisan, serta membantu penggunaan istilah teknis sesuai kaidah dan konteks keilmuan.  Misalnya dalam ilmu teknik sipil, dikenal istilah air baku yakni air yang digunakan untuk irigasi, waduk; sementara air bersih adalah hasil pengolahan air baku yang diproses oleh PDAM. Kebiasaan membaca textbook berbahasa Inggris, atau menulis jurnal dalam bahasa Inggris; memberi manfaat nyata dalam bertata bahasa Indonesia.  Kosa kata dalam bahasa Inggris dalam banyak hal dapat diserap (pemaknaannya) menjadi bahasa Indonesia.  Misal: The research was aimed to study the management.., dapat disalin menjadi Penelitian bertujuan untuk mempelajari manajemen…

Kunci trampil menulis adalah terus membaca, menulis, membaca, menulis, dan seterusnya.  Penulis wajib membaca sebanyak-banyaknya.  Setelah itu, penulis wajib menuliskan pikiran dan gagasannya.  Ini harus dipraktekkan berulang-ulang (lebih baik sejak usia dini).  Penulis dapat belajar dan berlatih dengan meneladani buku-buku yang baik, yang menyajikan tata bahasa yang benar, dan meramu kata-kata yang tepat. Dengan upaya ini, penulis dapat menguasai tata bahasa dan perbendaharaan kata.  Akumulasi ini dapat melatih berpikir positif, berpengetahuan luas (integratif) dan obyektif. 

Menulis buku ajar pada dasarnya memperhatikan tiga hal berikut (pokok pikiran dalam pendampingan buku ajar DP2M Dikti, Bogor, 22-23 Juli 2013):

1.  Isi dan susunan buku.

Buku ajar pada dasarnya memuat pokok-pokok bahasan pembelajaran.  Cara penyusunan buku ajar dua pilihan.  Pertama, memasukkan rencana pembelajaran (RP) sebagai isi buku ajar.  Cara ini sangat efektif bila RP sudah dilengkapi dengan organisasi matakuliah (OM).  OM memuat bagan alir tatap muka (atau pokok-pokok bahasan) pembelajaran dalam satu semester.  Setelah OM dipahami, maka dapat ditetapkan jumlah dan urutan bab.  Kedua, melakukan evaluasi terhadap RP, dan mengukur beban pembelajaran, dan mengembangkannya selama satu semester.  Setelah itu membagi rata beban satu semester ke dalam isi buku, atau ke dalam bab (pokok bahasan).  Kebutuhan evaluasi RP dimotivasi untuk menyusun buku ajar bagi mahasiswa di PT sendiri dan PT yang lain, atau segmen pembaca lebih luas.

Dalam penulisan bab buku ada beberapa rambu.  Pertama, sistematika urutan bab.  Susunan bab atau antar bab membentuk sistematika yang terintegrasi sehingga mudah dipahami untuk membangun penguasaan kompetensi (penguasaan) pembelajaran.  Kedua, kedalaman bahasan antar bab seragam.  Selain saling berkaitan, antar bab hendaknya menunjukkan kedalaman bahasan yang seragam.  Hal ini dapat menyesuaikan dengan beban bahasan dalam RP.  Bila ada bahasan yang mendalam, dapat dipecah; sementara bahasan-bahasan yang dangkal dapat digabungkan.  Bab pertama perisi pendahuluan, pengantar atau ruang lingkup.  Bab terakhir dapat berupa penutup atau kesimpulan.  Di antaranya merupakan bab yang memuat pokok bahasan isi buku.  Ketiga, isi di dalam setiap bab.  Isi setiap bab hendaknya menyajikan pengantar (atau tujuan instruksional), isi, penutup atau resume, dan tugas, terkecuali pada bab pendahuluan dan penutup.  Tugas dapat berbentuk soal pertanyaan, membuat karya tulis, atau review pustaka tertentu yang tertulis dalam setiap bab buku.  Bagi dosen, tugas ini adalah wujud umpan balik mahasiswa, sekaligus stok (bank) soal yang siap dikeluarkan saat ujian.  

Buku ajar memiliki kelengkapan lain.  Kelengkapan buku dapat meliputi prakata (atau kata pengantar), daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar istilah atau glosarium, daftar singkatan, daftar lampiran, indeks, biodata penulis dan lampiran.  Kelengkapan tersebut sebaiknya disajikan untuk memberi info lebih lengkap kepada pembaca.  Beberapa hal penting disajikan berikut.  Prakata wajib memuat tentang siapa segmen pembaca (hendaknya tidak menyebut hanya untuk mahasiswa di PT sendiri, tetapi kepada segmen lebih luas), apa kelebihan dibanding buku-buku sejenis di pasaran, ucapan kredit (penghargaan) untuk kolega.  Kredit tidak perlu diberikan kepada dekan, kajur, atau rektor.  Kredit kepada keluarga dibatasi hanya kepada istri, anak, dan orangtua.  Penulis dapat meminta prakata atau pengantar dari seorang kolega yang memiliki kompetensi.  Jumlah prakata sebaiknya dibatasi maksimum dua halaman, atau sekitar 1000 kata.  Daftar-daftar isi, tabel, dan gambar wajib ada dalam buku.  Daftar istilah (glosarium), singkatan dan lampiran disajikan sesuai kebutuhan.  Glosarium sebaiknya disajikan khususnya yang memuat istilah keilmuan yang diperlukan sebagian besar oleh pembaca.  Biodata penulis wajib ada, sepanjang maksimum 250 kata, di lengkapi foto closeup wajah penulis, dan diletakkan di halaman belakang (backcover).  Lampiran disajikan sesuai kebutuhan.  Indeks pengarang atau indeks subyek, penerbit dapat membantu menyajikan sesuai permintaan. Beberapa buku  menyajikan testimoni dari pakar atau tokoh (maksimum 4 orang), sepanjang maksimum 20 kata per pakar.  Bila ada testimoni, maka diletakkan di halaman luar backcover, sementara biodata penulis terletak di halaman dalam backcover.

 2.  Ilustrasi

Ilustrasi adalah kelengkapan terhadap konsep yang disajikan di dalam buku ajar, yang bertujuan memperkaya pengalaman empirik keilmuan.  Ilustrasi berupa peraga tabel, gambar, diagram alir, peta, grafik, foto, box, atau terkadang juga video atau software.  Ilustrasi dapat diambil dari karya peneliti (atau sumber) lain, atau (sebaiknya) dosen yang bersangkutan.  Penggunaan ilustrasi dapat menunjukkan pengalaman dan kompetensi dosen penulis buku ajar, dan mencerminkan karakter akademik penulis. 

Paul Samuelson (Wikipedia)

Penggunaan ilustrasi wajib mencantumkan sumber rujukan (pustaka). Hal ini adalah langkah awal mengembangkan budaya akademik, dan mencegah plagiarism. Sumber rujukan ilustrasi yang baik adalah berasal dari jurnal ilmiah relevan, bereputasi, dan terbaru (dalam lima tahun terakhir).  Khususnya statistik, sebaiknya menggunakan data lembaga yang relevan dan terbaru (tahun terakhir).   Ilustrasi yang berasal dari textbook harus dihindari.  Ilustrasi disajikan dengan jelas, sederhana dan mudah dipahami, untuk mendukung bahasan tertentu dalam buku ajar.  Karenanya bila ilustrasi dianggap rumit atau tidak jelas, penulis dapat mengambil sebagian ilustrasi dari rujukan sesuai dengan kebutuhan. Penulis dapat memodifikasi suatu rujukan dengan tetap menuliskan sumbernya.  Tidak ada kriteria jumlah ilustrasi dalam buku ajar.  Namun jumlahnya dapat mencapai 50 persen volume dari halaman isi buku, dengan jumlah proporsional pada setiap bab.

Seorang dosen yang rajin penelitian dan publikasi karya ilmiah memiliki kesempatan menuangkan ilustrasi seoptimal mungkin.  Ia dapat memanfaatkan tabel, gambar atau foto dari hasil-hasil penelitiannya untuk diangkat dalam buku ajar.  Hal ini dilakukan oleh dosen-dosen peneliti di luar negeri yang menulis textbook, dan menjadi buku ajar (pegangan) di seluruh dunia. Bila dilihat dalam daftar pustaka, maka namanya muncul berkolega dengan peneliti lainnya.   Bagi dosen ekonomi, pasti mengenal Paul Samuelson dan karya-karyanya, yang diacu oleh dosen dan mahasiswa ekonomi seluruh dunia. 

3. Plagiarism.

Plagiat atau plagiarism adalah perbuatan secara sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh atau mencoba memperoleh kredit atau nilai untuk suatu karya ilmiah, dengan mengutip sebagian atau seluruh karya dan/atau karya ilmiah pihak lain, diakui sebagai karya ilmiahnya tanpa menyatakan sumber secara tepat dan memadai (Peraturan Mendiknas No 17 tahun 2010).  Plagiat adalah penyakit yang merongrong budaya akademik, dan menjadi musuh besar pada dosen, penulis dan peneliti, atau insan akademik 

Rambu-rambu pencegahan plagiat dalam menulis buku ajar dapat disampaikan berikut.  Pertama, senantiasa melengkapi (dengan jujur dan ikhlas) setiap pernyataan, data, atau ilustrasi dengan rujukan pustaka yang jelas atau terkonfirmasi.  Rujukan adalah sumber yang relevan dan pertama, bukan hasil sitiran peneliti lain. Rujukan yang tertulis dalam naskah wajib dijelaskan sumbernya, yang  ditulis mengikuti kaidah penulisan daftar pustaka dengan benar.  Kedua, tidak melakukan terjemahan atau menyadur langsung dari teks berbahasa asing. Penulis perlu melakukan telaah terhadap suatu rujukan, dan menuliskan sesuai pikiran penulis.  Ketiga, menjalin hubungan kolegial yang positif.  Seorang dosen dapat meminta tanggapan atau masukan (berkolaborasi) kepada kolega serumpun ilmu tentang bukunya.  Hal ini sangat positif sebagai wujud budaya akademik.  Penulis kemudian memperbaiki saran dari kolega, dan menuliskan kredit (ucapan penghargaan) dalam buku ajar. Langkah ketiga ini telah menjadi program penulisan buku ajar (DP2M Dikti), dimana penulis buku ajar wajib direview atau didampingi dosen yang serumpun ilmu.

Manfaat menulis buku ajar  

Penulis prihatin bila seorang dosen tidak menulis buku ajar. Seumur hidupnya mengajar tidak ada satupun buku ajar yang ditulisnya. Padahal ia sangat ‘mumpuni mengajar dan menguasai kelas’, telah melakukan penelitian, bahkan ia sudah membuat handout teramat lengkap dan bagus.  Bila saja dosen tersebut mau duduk, membaca, menulis, sabar, ikhlas, istiqomah, maka ia dapat menghasilkan sebuah buku ajar yang baik dan bermutu.  Seorang dosen yang menulis buku ajar akan memperoleh pengalaman dan manfaat yang luar biasa . 

buku ajar iwan nugrohoMengintegrasikan keilmuan.  Buku ajar disusun berdasarkan silabus menyesuaikan kebutuhan kurikulum atau kompetensi pembelajaran.  Buku ajar memuat sistematika pembelajaran yang utuh dan terintegrasi, baik itu kaitan dengan keilmuan mata kuliah lain, maupun keseimbangan kebutuhan kognitif, afektif dan psikomotorik.  Penulis buku ajar membutuhkan energi khusus nan besar mengintegrasikan hal tersebut agar dipahami pembacanya.  Energi itu akan lahir bila dosen menikmati keilmuannya, ikhlas memberi terbaik untuk mahasiswa dan pembaca.  Berdasarkan pengalaman, menulis buku ajar membutuhkan jam terbang sedikitnya empat tahun mengajar.  Dalam periode itu dosen harus istiqomah menulis dan menelaah fungsinya (lihat gambar).

Berjejaring dan berkomunikasi akademik.  Penulis buku ajar sering menemukan keterbatasan ide, ilmu atau lingkup materi buku ajar.  Hal ini wajar.  Karenanya, penulis pemula perlu menjalin hubungan kolegial dengan dosen lain, senior atau yang memiliki kompetensi memadai.  Komunikasi akademik yang baik, minta masukan dan saran kolega, akan melahirkan ide-ide akademik baru untuk mengurai keterbatasan itu.  Tidak ada salahnya, mengajak penulis senior tersebut sebagai co-author. 

Mempraktekkan konsep kewirausahaan.  Pembelajaran kewirausahaan saat ini sedang dipopulerkan di perguruan tinggi, dengan berbagai pendekatan dan metode.  Siapa menyangka, menulis buku adalah berwirausaha.  Seorang dosen yang menulis buku dan menerbitkannya secara komersial, pasti sedang berperilaku sebagai  entrepreneur.  Bisa dilihat, bagaimana ia bekerja keras siang malam untuk menyelesaikan bukunya.  Bagaimana ia menulis untuk memuaskan pembaca atau mahasiswa.  Bagaimana ia keluar masuk perpustakaan, online digital library, mencari-cari dan menemukan ilustrasi.  Bagaimana ia berjejaring dengan kolega lain untuk meningkatkan kualitas ilmiah buku.  Bagaimana ia berhubungan dan negosiasi dengan penerbit.  Kerja keras ini adalah milik para dosen entrepreneur.  Mahasiswa pasti bangga dengan profil dosen entrepreneur yang sedang mengajar di kelas. Kesan itu akan terbawa sepanjang kehidupan mahasiswa.

Mempromosikan dan mengembangkan institusi.  Penulis buku ajar dapat dikenal oleh para mahasiswa, teman dosen serumpun ilmu, instansi swasta dan pemerintah dan masyarakat umum.  Alumni yang sudah puluhan tahun meninggalkan kampus, akan tetap mengenang buku yang ditulis dosennya, dan dapat menyampaikan kebanggaan itu kepada anak dan cucunya.  Bila jurnal ilmiah dilanggan secara terbatas hanya oleh perpustakaan tertentu.  Maka buku ajar terpampang/tersimpan di toko-toko buku dan dibeli perpustakaan di berbagai tempat yakni sekolah, kantor, LSM, lembaga swasta, Universitas, perpustakaan pribadi hingga perpustakaan luar negeri.  Buku ajar komersial yang ditulis dosen Indonesia dapat dilihat di perpustakaan nasional Australia http://trove.nla.gov.au/Dampak promosi buku ajar memang sangat luar biasa, dibaca oleh banyak orang, semua kalangan, hingga ke luar negeri.  Itu semua akan berdampak luas, nama dosen dan universitas akan terpromosikan.  Nama dosen penulis buku ajar akan dikenal komunitas akademik, dan memberikan rejeki dan peluang yang tidak diduga arahnya di kesempatan akan datang.  Penulis mendapat royalty dan diundang sebagai nara sumber dalam forum tertentu.

Mewariskan keilmuan.  Karya ilmiah seorang dosen dalam wujud buku ajar, adalah warisan akademik dan budaya akademik. Buku ajar yang berkualitas, yang ditulis dengan ikhlas, menjadi amal jariah yang tidak ada putusnya sepanjang kehidupan mahasiswa dan pembaca di seluruh dunia. Semua orang akan mengenang sepanjang hidupnya perihal dosen dan almamater.  Karena itu, bila para dosen bekerja dengan baik, khususnya menulis buku ajar, akan menjadi warisan budaya keilmuan, dan mewariskan sejarah peradaban untuk kemajuan bangsa di masa akan datang.

Mensyukuri profesi.  Seorang dosen wajib menghargai profesi, sekaligus menyukuri kehidupannya sebagai dosen.  Menulis buku dan manfaatnya adalah karena ridho Allah atas keikhlasan berkorban menekuni tugas.  Profesi sebagai dosen sangat mulia karena memberikan manfaat untuk generasi muda atau pembaca, atau untuk diri pribadi dosen dan keluarganya.  Sudah sepantasnya profesi ini disyukuri dengan tetap rendah hati sebagai prinsip dasar keilmuan.  

Menulis buku-buku lain.  Begitu seorang dosen menulis dan menerbitkan sebuah buku ajar, maka itu akan mendorong lebih produktif menulis buku lainnya, atau merevisi (cetak ulang) buku.  Dorongan itu bukan hanya untuk memenuhi tugas formal dosen, tetapi juga dimotivasi untuk beramal atau berbagi lebih banyak kepada pembaca.  Program studi dapat memprogramkan penulisan buku ajar kepada dosen baik untuk pembelajaran atau kepentingan akreditasi.  Program studi yang memiliki etalase produk buku ajar atau teks para dosen, akan meningkatkan kebanggaan mahasiswa. Kini, perhatian bagi penulis buku ajar sudah kondusif.  Penerbit komersial sudah banyak, dan siap menyambut minat dosen menulis buku. Harga biaya penerbitan relatif murah karena jumlah penerbit sangat banyak  dan teknologi penerbitan sangat maju dan ekonomis.  Dirjen Dikti juga memberi insentif bagi dosen untuk menulis buku ajar atau buku teks (lihat menu HAKI pada http://simlitabmas.dikti.go.id).

Sudah banyak para dosen yang berhasil menulis buku ajar dan buku teks dengan baik.  Mereka mampu memberi dan memperoleh nilai akademik dalam kehidupannya sebagai dosen.  Kita sebaiknya bergabung dengan mereka.

Kaliurang KM 4.5 – Yogyakarta, 16 Agustus 2013

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *