Penulis meyakini banyak diantara pembaca mengenal Lance Amstrong (LA). LA adalah pembalap sepeda Amerika Serikat. LA lahir 42 tahun yang lalu, dan merupakan pemegang rekor juara Tour de France selama tujuh kali berturut-turut, selama 1999 hingga 2005. Kariernya sebagai pembalap akhirnya tertutup setelah ia terbukti menggunakan doping. Sekalipun demikian, namanya tetap dihormati karena ia berhasil mengatasi masalah pribadinya, perihal ancaman kematian karena penderitaan kanker yang sedang diidapnya.
Tiga tahun sebelum menjadi juara Tour de France, tepatnya tahun 1996, ia didiagnosis kanker testis. Ia terpukul, mengalami ketakutan, dan tidak mampu menerima kenyataan tersebut. “I was in complete shock. Here I was, young and healthy and riding better than ever and, suddenly, I have cancer. I was worried about losing my career and, frankly, my life. I didn’t know how to tell my mom, and I was scared and angry (1, 2). Ia menyembunyikan penderitaan sakit dalam program latihan dan lomba-lomba yang diikuti. Karena terlambat ke dokter, kanker bahkan sudah menyerang otak dan paru-paru.
Meski terlambat, akhirnya ia bersedia mengikuti terapi medis, kemoterapi dan treatment lainnya. Beruntung ia mendapat support dari keluarga, teman, dokter dan pendukungnya sehingga ia sehat kembali. Kini ia aktif melalui yayasan Kanker (Lance Armstrong Foundation, LAF) untuk berkampanye penanggulangan kanker ke seluruh dunia. Kini LA merasa lebih bangga pemenang kanker dibanding sebagai juara balap sepeda (he is prouder of his cancer victory than all of his racing wins). Kisah kehidupan LA telah menjadi bagian strategi dalam penanganan penyakit terganas ini oleh badan obat dan makanan Amerika Serikat (US. Food and Drug Administration).
Tulisan ini menelaah kehidupan LA perihal perjuangan, dan bagaimana ia menemukan jalan keluar sehingga pulih dan sehat kembali, dan memberi manfaat kepada sesama manusia. Banyak hal yang dapat dipelajari dari kehidupan LA, seperti diuraikan berikut ini.
1. Jujur dan terbuka.
Sikap ini sebenarnya sangat sederhana dan murah. Untuk menjadi jujur tidak memerlukan modal selama untuk tujuan yang benar. Dengan hati ikhlas dan mempercayai seseorang, organisasi atau lingkungan, .. sudah cukup. Seseorang yang berkata: “Ada yang punya buku bla.. bla …”, sudah menunjukkan keterbukaan dan kejujuran bahwa yang bersangkutan ingin membaca. Jujur dapat membuka komunikasi lebih luas dan membawa kepada kebaikan dan kemanfaatan diri sendiri atau organisasi. Orang-orang yang terbuka diperlukan dalam memperjuangkan kehidupan, menemukan nilai kehidupan dan kemuliaan.
Sayangnya, banyak diantara kita masih malu-malu, gengsi, atau jaim mengatakan sesuatu hal tentang sakit, kelemahan, atau ketidak mampuan. Sikap tidak jujur ini membuat seseorang menjadi tertinggal, sendirian, tertutup, dan tidak punya komunitas. Ini menjadi potensi lahirnya keterbelakangan, ketertinggalan dan kebodohan. Sikap ini sesungguhnya menyiksa diri sendiri, menyakiti diri sendiri, dan menjadi masalah bagi orang lain. Penderitaan ini dirasakan oleh LA ketika belum terbuka menyampaikan sakitnya. Namun setelah ia terbuka, maka semuanya segera selesai, penyelesaian datang. LA menyatakan: “I would encourage anyone facing cancer to seek more questions and not be afraid. Especially now, with the increased use of the Web, it is amazing how much information is available to a new patient”.
Menyampaikan hal secara terbuka dan jujur untuk menyampaikan hal yang benar dan demi kebaikan adalah sikap yang positif, sebagaimana hadist berikut. Hendaklah kamu selalu benar. Sesungguhnya kebenaran membawa kepada kebajikan dan kebajikan membawa ke surga. Selama seorang benar dan selalu memilih kebenaran dia tercatat di sisi Allah seorang yang benar (jujur). Hati-hatilah terhadap dusta. Sesungguhnya dusta membawa kepada kejahatan dan kejahatan membawa kepada neraka. Selama seorang dusta dan selalu memilih dusta dia tercatat di sisi Allah sebagai seorang pendusta (pembohong). (HR. Bukhari)
2. Mempercayai ahlinya.
Sikap jujur dan mempercayai adalah satu kesatuan. Mempercayai orang, institusi atau organisasi dapat memandu upaya-upaya memperbaiki keadaan atau permasalahan. Tentu yang dipercaya adalah yang memiliki keahlian, baik itu orang, lembaga atau badan tertentu. Yang ahli inilah yang akan mengimplementasikan keilmuan sesuai sunatullah untuk menyelesaikan permasalahan. Begitu LA menyampaikan sakitnya secara terbuka, maka ia pun secara ikhlas mengikuti petunjuk dan prosedur medis untuk pengobatan. Dokter pun sangat apresiasi dengan komitmen LA. Dokter mencoba mengembangkan metode pengobatan yang paling relevan dengan kondiri LA.
“Over the course of the 20th century, the primary strategy for treating cancer was ‘seek and destroy’,” he says. “Now, in an effort to preserve healthy cells and improve outcomes, we are increasing efforts to ‘target and control’ cancer by modulating and altering the behavior of the disease. Someday we will eliminate cancer, but for today, our immediate goal is to eliminate the suffering and death due to cancer (1, 2).
Di antara pembaca pasti sudah membaca dan memahami Quran dan hadits sebagai berikut:
“Berkata Yusuf: “Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan.” (Yusuf, 12:55)
“Apabila suatu urusan dipercayakan kepada seseorang yang bukan ahlinya, maka tunggulah waktu kehancurannya.” (HR. Bukhari)
Sesungguhnya ada pesan moral yang relevan dan mendasar dari kedua sumber Illahi tersebut, khususnya untuk kehidupan organisasi dan kebangsaan. Intisari uraian tersebut, berpengetahuan adalah suatu modal dan perjuangan dalam kehidupan. Karena itu, semua orang wajib selalu rajin membaca, menelaah kehidupan, sehingga menjadi berpengetahuan. Seseorang harus berpengetahuan agar dapat mengetahui orang lain juga berpengetahuan. Hanya seorang (atau sekumpulan) pakar yang dapat menilai seseorang berkualifikasi pakar. Ini bermakna pula, seseorang harus berilmu pengetahuan dan punya kompetensi, dan siap dinilai oleh pakar yang lain. Dalam skala lebih luas, bangsa atau anggota organisasi harus memahami pengetahuan kepemimpinan apabila ingin memilih pemimpin yang baik.
3. Disiplin dan ikhlas berubah
Seorang LA adalah pembalap profesional, tokoh terkenal. Namun kepopulerannya tidak bermakna ketika berhadapan dengan dokter. Ia pun patuh dengan dokter dan disiplin memenuhi prosedur pengobatan medis. Ia pun menjalani periode kemoterapi. Over a three-month period, he received four rounds of chemotherapy. For these reasons, he understands that defeating cancer cannot be done alone (1, 2).
Melakukan kemoterapi membutuhkan disiplin dan keikhlasan. Penulis melihat sendiri bagaimana penderitaan seseorang menjalani kemoterapi. Antara keterpaksanaan dan keinginan sembuh selalu berkecamuk pada penderita kanker. Hanya orang yang ikhlas mau menjalani kemoterapi. Dalam periode ini penderita akan kesakitan luar biasa, lemas, tidak enak makan/minum, stamina menurun. Biasanya seluruh sel-sel rambut akan mati, rambut rontok, tubuh akan semakin kurus. Periode ini tidak kalah sakitnya dengan sakit kanker itu sendiri.
Hikmah pengalaman LA sangat relevan dengan kehidupan. Seseorang perlu mematuhi suatu peraturan atau prosedur tertentu dengan disiplin tinggi dan keikhlasan untuk menuju keadaan lebih baik. Prosedur organisasi atau adab tertentu perlu dipatuhi agar tujuan organisasi atau kehidupan yang lebih baik dapat terwujud. Penulis bisa merasakan, patuh sama dengan perasaan yang mengganggu keikhlasan. Patuh kepada organisasi sangat menyakitkan, terlebih memaksa mengikuti perubagan. Sama sakitnya dengan kemoterapi untuk kesembuhan kanker. Namun ini semua adalah proses perubahan dan pembelajaran kehidupan. Disiplin dan ikhlas adalah inti proses pembelajaran, sekaligus syarat mutlak bagi lahirnya perjuangan kehidupan yang lebih baik.
Dalam salah satu riwayat dikemukakan tentang kedisiplinan dan keikhlasan Abu Hanifah (atau Imam Hanafi). Ia adalah seorang yang faqih, terkenal dengan wara’-nya, termasuk salah seorang hartawan, sabar dalam belajar dan mengajarkan ilmu, sedikit bicara, menunjukkan kebenaran dengan cara yang baik, menghindari dari harta penguasa”. (lihat sejarah Imam Hanafi)
4. Kebersamaan.
Ada kata-kata bijak yang menyebut tentang kebersamaan, antara lain indahnya kebersamaan, bersama kita bisa, sahabat setia selalu dalam kebersamaan, dan lain-lain. Kebersamaan senantiasa bermakna positif dalam kerangka membangun sesuatu yang lebih baik. Kebersamaan penting untuk proses perubahan dan pembelajaran.
Kebersamaan membuat nyaman LA ketika menjalani pengobatan. Ia memperoleh support dari keluarga, kawan dan tentu para dokter. Manfaat kebersamaan membuat LA dapat bertahan dan melanjutkan kehidupannya. Ia memperoleh kekuatan untuk berjuang. “I also think that a person with cancer needs to seek out support from friends and family. I had a group of people there for me—to listen to me, cheer me on or remind me that I wasn’t really alone. I was lucky to know that other people were invested in my survival; you can never overestimate the benefit of that kind of support and friendship (1, 2).
Pesan kebersamaan sangat relevan dalam membangun perubahan dan proses pembelajaran. Orangtua ketika mendidik anaknya, senantiasa memperhatikan lingkungan kehidupan anaknya. Ia tidak ingin anaknya dalam lingkungan pergaulan negatif. Karenanya ia memilihkan tempat pendidikan terbaik untuk anaknya, misal di pondok pesantren, atau berguru ke orang-orang alim. Orangtua ingin anaknya selalu bersama dengan orang-orang yang baik, lingkungan yang nyaman untuk menempuh ilmu.
Dalam kehidupan secara umum, pesan kebersamaan itu juga sangat relevan. Pekerja yang ingin maju pasti mendekati dan belajar kepada orang yang trampil dan berpengetahuan. Ia akan berkumpul dengan orang yang produktif. Ia akan mengelola waktunya untuk belajar, bekerja, membaca, dan belajar. Ia akan secara jujur menyatakan kelemahannya, sekaligus berkomitmen untuk melaksanakan perbaikan dan peningkatan ketrampilan. Kebersamaan akan menciptakan rasa saling membutuhkan, saling membantu menyerap ilmu, saling hormat akan perbedaan pengetahuan. Dalam pendidikan, kebersamaan diimplementasikan melalui kolaborasi, antar dan antara guru, dosen, mahasiswa dan stakeholder lainnya. Kebersamaan ini yang membangun budaya akademik di kampus.
Kini, LA aktif dalam yayasan Kanker (Lance Armstrong Foundation, LAF), dan ingin bersama-sama merasakan penderitaan pasien kanker. Ia mensupport pasien untuk terus berjuang menuju kesembuhan.
Sudimoro, 28 Sept 2013