Tulisan ini telah terbit di blog kompasiana
Pada suatu kesempatan, seorang anak bertanya kepada ayahnya: “Ayah, apa orang yang sukses itu kehidupan agamanya baik?”. Pertanyaan itu membuat si ayah kaget. Terus terang, si ayah tidak tahu jawaban yang tepat karena ia bukan ahli agama. Pikiran si ayah mengembang, membayangkan kehidupan orang-orang (nama-nama) tertentu yang terkenal, pejabat, artis, pendidik, atau tokoh masyarakat. Tapi si ayah segera tarik lagi pikiran itu, ternyata ada orang-orang lain yang juga sukses, dari orang-orang biasa di sekitarnya, yang tidak terkenal, atau mengenalkan diri.

Tulisan ini mengajak pembaca merenungkan pertanyaan si anak tersebut. Seorang siswa atau mahasiswa dikatakan sukses karena memiliki nilai akademik yang baik. Tapi, ada juga mahasiswa yang mengaku sukses bukan dari nilai IP, tetapi prestasi menjadi juara minat dan bakat selama menjadi mahasiswa. Sementara mahasiswa lainnya mengaku sukses karena ia bisa selesai kuliah dengan nyambi bekerja. Ada pula mahasiswa mengaku sukses, karena ia sudah menunjukkan baktinya kepada orangtua, dimana dahulu orangtuanya dahulu menginginkan ia menjadi sarjana.
Nama besar Bill Gates sudah sangat dikenal. Boss Microsoft ini terkenal teliti, genius, dan tangguh dalam menjalankan bisnis. Ia tetap terlibat dalam membuat program meski menangani manajemen Microsoft. Kini ia sudah mundur dari jajaran manajemen. Ia, kabarnya saat ini memperoleh kebahagiaan. Ia dan keluarganya menangani organisasi sosial melalui Bill & Melinda Gates Foundation untuk kegiatan amal dan program penelitian ilmiah yang didirikan tahun 2000.
Dalam suatu perjalanan umroh, penulis satu rombongan dengan seorang wanita lanjut usia, berusia sekitar 70 tahun. Ia berangkat umroh sendirian. Ia berhasil menabung dari hasil pekerjaannya sebagai bakul (pedagang sayur) di pasar. Setiap hari ia menabung rupiah demi rupiah dengan sabar dan telaten. Sebagai pedagang kecil, ia sejak awal memang berusaha untuk menata hidupnya, berupaya beribadah sebaik-baiknya, dan berkeinginan untuk umroh. Nampak sekali, keikhlasannya sangat-sangat luar biasa.

Cerita lain lagi, ada seorang karyawan staf biasa. Selama hidupnya sangat konsisten bekerja dengan baik. Ia sangat disenangi siapa saja terutama atasannya. Setiap pekerjaan diselesaikannya sesuai rencana. Keikhlasannya dalam bekerja pantas diteladani. Ia punya inisiatif untuk membantu orang lain. Ia tidak pernah memperlihatkan keluhan, rasa letih atau kekuatiran. Meski hanya lulusan SMA, kemampuan belajarnya sangat baik, menguasai pekerjaan dan teknologi. Apa yang menjadi tugasnya selalu tuntas dan memuaskan. Ketika memasuki pensiun, ia sebenarnya layak untuk diperpanjang lagi karena unit kerjanya masih menginginkannya. Tetapi ia menolak. Ia pensiun dengan catatan yang bersih, tanpa cela, tanpa meningggalkan hutang, tanpa tanggungan lain kepada kantor. Ia ingin hidup menikmati pensiun.
Baru-baru ini, seorang teman telah menikahkan putrinya. Penulis menganggap ia sukses menjalankan fungsinya sebagai orangtua. Ini merupakan kewajiban orangtua terakhir, setelah dua kewajiban lainnya yakni memberi nafkah dan mendidik anak. Ia merasakan kebahagiaan sebagaimana dirasakan oleh putrinya. Bukan itu saja, penulis dan teman-teman lain juga ikut berbahagia. Kita semuanya merasa berbahagia, gembira dan senang dengan yang dirasakan teman penulis itu.
Dalam hidup ini, sukses adalah pilihan. Seorang dapat memilih sukses melalui pilihan-pilihan, sukses materi atau non materi, sukses untuk dirinya sendiri atau orang lain, cara cepat atau lambat, untuk saat ini atau selamanya, untuk kehidupan dunia atau akhirat. Pilihan ini tergantung dari nilai dan norma yang dipegang seseorang. Nilai dan norma itu menjadi pemandu apa makna sukses, ukuran sukses, dan bagaimana mencapai sukses. Silahkan pembaca renungkan sendiri untuk menjawab pertanyaan si anak.
Penulis mengajak pembaca semua untuk terus belajar mendalami pengetahuan norma agama dan kehidupan. Kita jaga keikhlasan dalam hidup ini. Kita pasti sukses dunia dan akhirat. Kita pasti bahagia dunia dan akhirat.
Malang, 13 Januari 2015
Tulisan terkait:
- http://www.kompasiana.com/iwannugroho/apa-sih-sukses-itu_54f376217455137f2b6c7794
- https://widyagama.ac.id/iwan-nugroho/2012/12/cermin-di-akhir-tahun-2012/