Bayan Keimanan di Nizamuddin (3)

Ada tiga kelompok manusia di dunia ini.  Pertama, orang yang hidupnya bekerja keras, membanting tulang siang malam, namun ia tidak memperoleh apapun, harta atau kepuasan dunia.  Kedua, orang yang bekerja sepanjang hidupnya, ia mendapatkan harta, kekuasaan, kekayaan, dan materi melimpah, ia bisa pergi ke seluruh penjuru dunia, namun hatinya kosong, ia tidak bisa menikmati kekayaan itu, hatinya gelisah memikirkan hartanya.  Ketiga, orang yang hidupnya juga bekerja, namun ia bisa mensyukuri dan menikmati hasil dari bekerja itu, berapapun hasilnya.

Manusia di kelompok pertama dan kedua hidupnya akan sia-sia, dipenuhi nafsu kebendaan dan mengandalkan rasio atau akal semata, tidak pernah puas terhadap dunia.  Manusia-manusia ini akan menjadi sumber kehancuran dunia.  Sementara, manusia di kelompok ketiga adalah mereka yang mau menghidupkan dan menegakkan agama.  Mereka hidup untuk mencari keridhoan Allah.  Dan Allah senantiasa menunjukkan kasihNya dan memberikan pertolongan.

www.islam.com.kw

Itu adalah salah satu materi pembukaan bayan yang disampaikan di masjid Nizamuddin, New Delhi, India.  Materi bayan tentang keimanan sangat kuat dan menonjol disini.  Kalimat La Ilaha Illallah, yang artinya Tidak ada yang berhak disembah kecuali ALLAH, menjadi fokus pembahasan, dalam konsep, metode, deskripsi hingga implementasinya. Budaya berbahasa atau sastra India (atau Urdu), penulis rasakan sangat kuat memberikan diskripsi, konfirmasi, perumpamaan (tamsil), atau contoh untuk menggambarkan keimanan[1]. Bayan perihal keimanan ini menjadi fokus kerja agama, sekaligus menjadi solusi untuk menegakkan agama dan mengembalikan kejayaan umat.  Ini yang membedakan dengan materi ceramah agama di masjid umumnya di Indonesia.

Harus diakui, perihal keimanan merupakan dasar kehidupan agama.  Banyak masalah kehidupan di dunia bersumber dari lemahnya keimanan.  Penulis mengutip dari suatu bayan, betapa manusia lebih sering berorientasi kepada keduniaan atau kebendaan.  Misalnya, manusia berpikir bahwa kesembuhan dari sakit karena obat.  Yang benar, manusia sembuh karena kehendak Allah.  Obat berhajat kepada Allah.  Allah yang menyembuhkan manusia melalui obat.  Allah juga berkehendak menyembuhkan manusia bukan melalui obat.  Maknanya, bahwa iman harus tertanam di dalam hati.  Seyogyanya hanya Allah yang ada dalam hati manusia. Makhluk atau kebendaan harus dikeluarkan dari dalam hati manusia.

Suasana jamaah mengikuti bayan
Suasana jamaah mengikuti bayan

Para pembaca yang budiman.  Permasalahan hidup di dunia ini disebabkan karena hati manusia lebih banyak terisi oleh nafsu dunia dan kebendaan.  Lihatlah di sekeliling kita, orang-orang mengeluh kekurangan, menuntut ini itu, takut tidak kebagian rejeki, berlomba mengumpulkan harta, bernafsu  mengejar jabatan, berupaya memperkuat pengaruh atau kekuasaan.  Manusia, melalui akalnya menciptakan ketakutan, ketergantungan dan keserakahan.  Uang atau harta menjadi tujuan hidup.  Mereka tidak sabar, iri dengki, penuh benci, menghasut, menyerang, bahkan berperilaku kasar, menggunakan segala cara untuk mengejar kebendaan dan atribut dunia.

Kekuatiran atau ketakutan itu semua karena akal manusia yang bermain.  Hati manusia dipenuhi oleh akal, ratio atau kebendaan.  Mereka sedang lupa, di dalam hati mereka tidak ada Allah, jauh dari Allah. Padahal  Allah maha  besar, kasih, pemberi rezeki, dan pemberi pertolongan.  Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) salat.   Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar (Baqoroh:153).

Penulis mengajak pembaca untuk terus mengingat dan mendekatkan diri kepada Allah.  Agar Allah selalu ada dan hadir di dalam hati, maka perlu dilatih.  Setiap saat, seseorang harus mengingat Allah, mengenali kebesaranNya, sifat kasihNya, pemberi rezeki, pemberi pertolongan dan sifat lainnya. Sebaliknya, manusia menyadari dirinya sangat kecil, tidak berdaya, tidak punya apa-apa. Sifat-sifat Allah itu senantiasa dibicarakan dengan orang lain.  Mulut dibiasakan menyebut Allah, berdzikir, mengaji Quran, bersholawat dan membicarakan agama, Sebaik-baik pembicaraan adalah tentang agama. Dalam Al Qur’an: “Dan siapakah yang lebih baik perkataannya, selain orang yang menyeru kepada Allah, beramal shalih, dan berkata: ‘Sesungguhnya aku ini adalah orang yang berserah diri.’” (Fushshilat: 33).

Wahai pembaca, jangan terlalu mendambakan atau mementingkan dunia, jabatan/kekuasaan, benda atau makhluk.  Jadikan atribut dunia, makhluk atau kebendaan sebagai bagian mencari keridhoan Allah.  Jadikanlah harta atau kekayaan untuk beramal, berbagi dengan sesama, berjuang (mujahadah) menegakkan agama Allah, membantu perjuangan agama Allah.  Mari kita bersabar, rendah hati (tawadhu), mengerjakan sholat dan memuliakan umat, sebagaimana diteladankan oleh para sahabat.

————————

[1] Bayan merupakan ceramah atau penjelasan.  Bayan di masjid Nizamuddin disampaikan dalam bahasa India (Urdu), berdurasi mencapai sekitar dua jam.  Penulis membandingkan (secara subyektif), untuk menyampaikan suatu maksud dalam bahasa Indonesia mungkin diperlukan cukup lima kalimat.  Untuk menyampaikan maksud yang sama dalam bahasa Urdu perlu hingga 10 atau lebih kalimat.  Mungkin ini dapat dianalogikan dengan mengapa film India berdurasi lebih lama (mencapai tiga jam) dibanding film Barat atau Indonesia.  Budaya berbahasa/atau sastra mereka memiliki kelebihan dalam memberikan dramatisasi, konfirmasi, kontradiksi dan perumpamaan, sehingga memberikan deskripsi yang dalam.  Akibatnya, materi bayan dapat diserap dengan kuat oleh para jamaah.

Lembah Panderman, 6 Februari 2015

Tulisan terkait

  1. Berkunjung ke Nizamuddin (1)
  2. Kesederhanaan Masjid Nizamuddin (2)
  3. Ramainya perkampungan Nizamuddin (4)

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *