Penulis bersyukur akhirnya berkesempatan berkunjung ke Nizamuddin, New Delhi, India. Ini adalah markas pusat jamaah tabligh sedunia, yang pendiriannya dipelopori oleh Maulana Muhammad Ilyas (1, 2). Jamaah tabligh dari seluruh dunia mendambakan untuk pergi ke tempat ini, untuk langsung bertemu dan mendengar bayan dari para masyayikh, bersilaturahim dengan sesama jamaah dari seluruh dunia, atau belajar menghidupkan amalan masjid. Referensi tentang jamaah tabligh dapat melihat disini.
Kepergian penulis kesana, telah direncanakan sejak dua bulan sebelumnya, bersama dengan rombongan sekitar 10 orang dari Malang (termasuk empat dosen dari Universitas Widyagama, yakni penulis, Lukman Hakim, Aji Suraji, dan Nasharuddin Mas). Persiapan didahului dengan keluar (khuruj) tiga hari (kami sempatkan juga pergi mengikuti musyawarah Jawa Timur di Temboro, Magetan), serta pergi ke markas Kebon Jeruk Jakarta (sambil mengurus visa India). Persiapan ini untuk merefresh perihal keimanan kepada Allah, perjuangan rasul dan sahabat dan tujuan hidup manusia, serta koordinasi teknis keberangkatan dari Jakarta ke New Delhi. Oleh markas Kebun Jeruk, rombongan kami ditambah satu menjadi sebelas orang.

Perjalanan dari Jakarta memakan waktu sekitar lima jam (pada tanggal 23 Januari), tidak termasuk transit di Kuala lumpur. Kami tiba di bandara Indira Gandhi International Airport sekitar jam 11.00 malam waktu setempat. Kami sudah mempersiapkan jaket/baju hangat karena suhu New Delhi berkisar 6 hingga 18 derajad. Udara dingin inilah yang mengantarkan perjalanan taksi dari bandara ke markas Nizamuddin, yang lokasinya termasuk di bagian selatan New Delhi.
Kami masuk masjid dalam keremangan, langsung naik ke lantai empat diterima oleh petugas istiqbal. Setelah mendata rombongan, kami segera dipersilakan turun ke lantai dua untuk makan. Saat itu waktu sudah mendekati jam 1 dinihari, sehingga ini lebih tepat sebagai makan sahur. Selesai makan kami segera mempersiapkan wudhlu untuk sholat maghrib dan Isha di dekat tempat istiqbal. Keletihan perjalanan panjang Jakarta – New Delhi terbayar dengan tidur malam walaupun hanya sejenak.
Aktivitas harian
Aktivitas selama di markas masjid Nizamuddin adalah menghidupkan amalan masjid sebagaimana teladan para sahabat dahulu. Aktivitas itu dilakukan di dalam masjid atau di luar tergantung rencana setiap jamaah. Rombongan kami,dua orang (termasuk penulis) mengalokasikan waktu seminggu, sehingga tidak perlu keluar masjid. Sementara rombongan kami lainnya keluar ke masjid lain di pelosok India, ada yang selama dua minggu (3 orang), satu bulan (4 orang) dan empat bulan (2 orang).

Petugas tashkil mengkoordinasi pemberangkatan jamaah keluar masjid, membentuk kelompok 10 hingga 15 orang, menetapkan amir (pimpinan, jamaah India) dan dalil (penunjuk jalan, jamaah india). Proses pembentukan kelompok ini memerlukan waktu, bisa dua hari atau seminggu tergantung ketersediaan dan kesiapan jamaah, amir dan dalil. Jamaah Asia Tenggara biasanya digabung ke dalam satu kelompok, meski juga dapat diikuti oleh jamaah kebangsaan lain. Pengorganisasi kelompok dan persiapan teknis pemberangkatanan, dikoordinasikan melalui musyawarah kelompok dibantu petugas istiqbal dan tashkil. Sambil menunggu pemberangkatan kelompok, jamaah mengikuti amalan-amalan dan kegiatan lain di masjid Nizamuddin.
Aktivitas harian di masjid Nizamuddin adalah sholat fardhu, sholat sunah, bayan (ceramah penjelasan), taklim, dzikir, mudzakarah, ikram dan amalan lainnya. Di sela-sela itu kita dapat menikmati makan tiga kali sehari di masjid, atau sejenak menikmati kehidupan di luar masjid.

Kumandang adzan shubuh sekitar jam 06.00 dan dilanjut iqomah jam 6.40. Sebelumnya, mulai jam 3.30 para jamaah sudah bangun untuk tahajud, berdoa dan berdzikir. Disinilah terasa ada kekhusukan mendekatkan diri kepada Allah, memohon pertolongan Allah, perjuangan meninggalkan keluarga, mujahadah (berjuang dengan sungguh-sungguh) menegakkan agamameneladani para sahabat.
Selesai sholat shubuh, kegiatan bersama (ijtima’i) adalah mendengar bayan oleh masyayikh India (dalam bahasa Urdu) dari mimbar di lantai dua. Kami jamaah foreign (di lantai 4) disediakan penterjemah bahasa Melayu, Inggris, Arab, Asia Tengah (Uzbekistan dan sekitarnya) dan Indocina (Kamboja dan sekitarnya). Tersedia alat audio sederhana dan headphone yang dipakai penerjemah pada setiap kelompok bahasa jamaah. Sebelum dimulai bayan, penerjemah terus memberi nasehat agar jamaah tertib dan tawadhu di jalan Allah, terus bermujahadah. Kami disapa, disambut, dibesarkan hati dan dimuliakan sebagai tamu. Sangat terasa suasana kekeluargaan di antara penerjemah dan jamaah. Kami, yang baru hadir di ruangan ini lima jam sebelumnya terasa tersirami kekuatan. Bayan disampaikan hingga jam 9.00. Kami bertahan mendengar bayan meski terasa masih mengantuk. Penulis sudah mendengar bayan bahasa Urdu ini ketika di Ijtima’ di Thailand dan Temboro Magetan. Hal yang membedakan, bayan di markas Nizamuddin lebih kuat substansi mujahadahnya. Masyayikh mampu mendeskripsikan perjuangan sahabat atau narasi hadist dengan lembut, sehingga dapat terserap di dalam hati.

Sarapan pagi tersedia mulai jam 9.00 hingga jam 10.30 di lantai dua bagi Jamaah Asia. Sementara jamaah Eropa dan Arab disediakan terpisah. Menu sarapan adalah roti dan gulai daging giling, dengan minuman cai (teh susu). Menu ini berukuran ringan namun cukup mengenyangkan. Satu nampan dapat dimakan oleh dua atau tiga jamaah. Bagi yang tidak biasa, ini merupakan perjuangan penyesuaian makanan dan lingkungan. Sambil sarapan kami berkomunikasi dengan jamaah lain, misalnya dari Malaysia, Bangladesh, Uzbekistan, Afganistan, Timur Tengah dan Afrika.
Selesai sarapan pagi, jamaah mengikuti amalan taklim dalam bahasa masing-masing negara. Taklim ditutup dengan doa bersama dalam bahasa Urdu sekitar jam 13.00 dan disambung kumandang adzan Dhuhur. Jamaah kemudian makan siang dengan menu berat, yakni nasi daging dan gulai daging plus kentang. Nasi daging mirip seperti nasi kebuli tetapi lebih basah. Menu ini sangat cocok dengan lidah Indonesia dan rasa relatif gurih. Ruang tempat sarapan/makan hanya memuat sekitar seratus lima puluh hingga dua ratus orang. Sementara jumlah jamaah foreign mencapai 450 orang. Karena itu, kami harus antri hingga gelombang ketiga. Proses antri sangat nyaman karena kami saling menghormati satu sama lain, bahkan saling mempersilakan lebih dahulu

Tepat jam 14.00 dikumandangkan iqomah sholat Dhuhur. Setelah itu, dilanjut dengan taklim atau bayan pada setiap kelompok negara. Bayan Dhuhur ini terkadang diisi oleh masyayikh dari India, dan dibantu penerjemah. Di akhir bayan atau taklim dilanjut dengan takror, yakni mengulang kembali materi bayan oleh kelompok dua atau tiga orang. Hal ini berlangsung hingga sholat Ashar jam 17.00.
Selesai sholat Ashar, para jamaah membaca surat Yasin sendiri-sendiri, dan diakhiri dengan doa bersama dalam bahasa Urdu sekitar jam 18.15 dan disambung kumandang adzan Maghrib. Bayan Maghrib kembali disampaikan hingga sekitar jam 20.30. Bayan disampaikan dalam bahasa Urdu dan dibantu penerjemah pada setiap kelompok negara. Setelah ini, jamaah dipersilakan makan malam dengan menu dan ukuran seperti makan siang.
Iqomah sholat Isha dikumandangkan sekitar jam 21.30, sesudah para jamaah makan malam. Selesai sholat isha, acara dilanjutkan dengan bayan ijtima’i yang disampaikan dalam bahasa Urdu (dari mimbar di lantai dua) tentang kisah sahabat (hayatus shahabah). Bayan ini berakhir dan ditutup dengan doa pada sekitar jam 22.15. Selesai kegiatan, petugas di setiap kelompok negara meminta kami untuk memelihara kesehatan, istirahat yang cukup, karena perjalanan masih akan panjang. Jamaah harus bisa memilih ibadah atau amalan sunah agar tidak mengganggu kesehatan dan amalan wajib.
Demikianlah aktivitas harian mengisi amalan-amalan masjid. Ada tambahan amalan misalnya bayan hidayah bagi kelompok yang sudah terbentuk (tashkil) yang akan pergi ke masjid lain, atau musyawarah kelompok kecil yang membahas perihal lainnya. Aktivitas lainnya, adalah berjalan-jalan di sekitar masjid yang ramai dengan para pedagang dan warga lokal. Lokasi di sekitar masjid merupakan perkampungan dan pasar, yang merupakan bagian kota lama New Delhi.
Lembah Panderman, 5 Februari 2015
Tulisan terkait:
- Kesederhanaan masjid Nizamuddin (2)
- Bayan Keimanan di Nizamuddin (3)
- Ramainya perkampungan Nizamuddin (4)