Dalam sebuah berita, dinyatakan bahwa Presiden Jokowi dikecam karena sebagai kepala negara ia memberi minum kepada Megawati (lihat tulisan ini). Hal itu oleh banyak orang dianggap merendahkan martabat presiden. Orang yang mengkritik presiden Jokowi, memiliki cara pandang yang sempit, hanya dari aspek keduniaan, protokoler negara, atau birokrasi. Bagi penulis hal itu biasa saja. Justru hal itu, sebenarnya menjadi pendidikan akhlak dan budi pekerti bagi bangsa ini. Mengapa? Karena hal tersebut sangat diperlukan dalam kehidupan, sebagaimana deskripsi dalam link tulisan di atas.
Dalam kehidupan, sungguhpun seseorang punya jabatan tinggi, sebagai bupati, menteri, anggota DPR, rektor, atau dekan, mereka semua sedang melayani orang lain. Seorang pemimpin harus melayani umat, memperhatikan bawahannya dan orang-orang sekelilingnya. Hal sama pun dilakukan oleh seorang biasa kepada lingkungannya, kepada koleganya, kepada teman, termasuk kepada atasannya. Dengan hidup saling melayani itu, maka banyak orang sedang berorkestra, bernyanyi, berpesta saling memberi kebaikan. Insya Allah, kehidupan akan menjadi sejahtera.
Apa sih melayani itu? Ini adalah suatu pertanyaan besar. Penulis memberi definisi yang sederhana, melayani adalah memberi yang terbaik untuk orang lain, dan menerima yang tidak terbaik untuk diri sendiri. Definisi itu penulis tarik dari salah satu konsep kepemimpinan, yakni seorang pemimpin harus melayani ummat dengan rahmat. Pemimpin harus senantiasa berorientasi untuk kepentingan umat dengan kasih sayang. Ia berikan yang terbaik untuk umat dengan kasih sayangnya, sekaligus ia ikhlas menerima keadaan, pengorbanan dan hal-hal yang tidak enak untuk dirinya sendiri. Teladan kepemimpinan ini ditunjukkan oleh Rasulullah, juga oleh para sahabat khususnya Umar bin Khattab.
Kasus-kasus penyalahgunaan wewenang atau korupsi yang saat ini terjadi karena tidak memahami konsep dan teladan tersebut. Mereka yang terjerat kasus korupsi adalah karena lebih mementingkan pribadi, mengambil keuntungan dari jabatannya, dan sebaliknya mengorbankan kepentingan umat.
Apa makna melayani
Dalam kehidupan modern saat ini, implementasi kehidupan melayani atau pelayanan sudah berkembang. Saat ini ada konsep pelayanan prima (excellent service) dan telah diimplementasikan dalam organisasi modern. Bagi orang awam, tidak mudah memahami konsep pelayanan, yang saat ini dikaitkan dengan mutu. Belum banyak orang paham tentang mutu. Kalaupun mereka tahu, belum mengerti harus melakukan apa. Layanan prima terbentuk oleh pemahaman tentang pengetahuan mutu, penyusunan dokumen mutu dan implementasi mutu (lihat Gambar). Berbicara mutu, organisasi harus menyusun dokumen mutu beserta standar-standar prosedur layanan organisasi. Setelah itu mereka melaksanakan standar mutu layanan dalam praktek kehidupan sehari-hari dengan sempurna. Disitulah terbentuk layanan prima.
Implementasi konsep layanan di organisasi modern telah membentuk budaya organisasi. Dalam kondisi yang optimal, orang-orangnya bekerja dengan penuh dedikasi, ramah, dan saling membantu. Lahir suatu kebersamaan dan persaudaraan. Penulis mengamati hal ini di perusahaan yang maju dan berkembang. Orang-orangnya terlihat rendah hati, santun dan berilmu, dan tanggap terhadap perubahan.
Buah bekerja sungguh-sungguh atau melayani tentu ada. Melayani adalah amal, atau bentuk lain memuliakan, yang sangat dianjurkan bagi setiap muslim kepada muslim lainnya (ikramul muslimin). Man Jadda Wajada adalah kalimat bahasa Arab yang bermakna ringkas dan tegas: ”Siapa yang bersungguh-sungguh, akan berhasil”. Karakter Man Jadda Wajada mengutamakan proses, tahapan usaha, disertai kesungguhan dan totalitas. Proses untuk bekerja keras, peduli, dan bertanggungjawab. Proses untuk memproduksi, menghasilkan karya nyata.
Kesungguhan dalam bekerja menjadi kunci pelayanan. Kesungguhan melayani mencerminkan rasa tanggungjawab, sekaligus akan membuka peluang meningkatkan ketrampilan, kompetensi, kecermatan, ketepatan dan kecepatan layanan. Bahkan kesungguhan ini, yang membedakan prestasi kinerja orang atau bagian dalam organisasi. Banyak orang atau karyawan yang mungkin tidak pandai, biasa saja, tetapi sungguh-sungguh bekerja melayani, bersedia mengorbankan waktu dan tenaga, ikhlas dan mau belajar sungguh-sungguh, akhirnya kariernya naik melebihi orang lain.
Penulis sangat bersyukur pernah bekerja melayani atasan/senior, dengan ilmu, pengetahuan dan ketrampilan. Penulis berupaya membantu sepenuhnya tugas beliau, khususnya dalam konsep pengembangan organisasi, atau tugas lainnya, dengan kerja cepat dan cermat. Penulis berupaya total bekerja untuk melayani, bahkan siap 24 jam kepada senior yang penulis hormati itu. Penulis memperoleh pengalaman luar biasa, dalam tambahan ilmu, organisasi maupun nilai hidup. Banyak hikmah dan pembelajaran dari pengalaman bekerja bersama beliau. Hingga akhirnya pada suatu saat,.. beliau minta penulis menggantikan dan menempati posisinya.
If you want to be a good leader, you must be a good follower.
Tulisan ini adalah untuk merenung kejadian empat tahun lalu.
Malang, 20 Juni 2015