“There is no friend as loyal as a book.” — Ernest Hemingway
Tulisan ini sudah terbit di blog Kompasiana
Benarkah menulis itu beramal? Bisa benar atau tidak. Menulis menjadi amal bila memberi manfaat, menginspirasi, atau memengaruhi secara positif kepada orang lain.
Menulis yang tidak bernilai amal, yakni menulis yang tidak obyektif, plagiasi, memprovokasi, memuat ujaran kebencian, membuka aib atau berita bohong. Tulisan yang tidak baik ini sama sekali tidak bermanfaat, buang-buang waktu, merugikan atau menyakiti orang lain, dan masuk kategori kriminal.
Tulisan yang bermanfaat mencerminkan cara berpikir penulisnya. Penulis ingin memberikan hal-hal positif kepada pembacanya. Penulis ingin mengkonstruksi suatu kehidupan positif melalui pengetahuan atau pengalaman yang dikuasainya, dan kemudian ditransfer kepada pembaca.
Menulis itu berteman
Ada sebuah kata bijak dari Ernest Hemingway, yakni “there is no friend as loyal as a book.” Ungkapan itu menunjukkan bahwa sebuah buku dapat menjadi teman sejati. Mengapa? Karena ketika seorang membaca buku, hatinya sedang terpaut dengan buku. Di sini, penulis melalui rangkaian kata atau kalimat, seolah sedang memberi rasa nyaman ke pembacanya. Ada pertautan pikiran antara penulis dan pembaca. Ada juga proses pertautan hati antara penulis dan pembaca. Pembaca merasa berada pada pihak yang sama secara positif dengan penulis, menciptakan suatu pertemanan
Namun ada juga tulisan yang positif dan obyektif, namun belum bisa memberi manfaat (langsung). Hal ini tidak menjadi masalah. Lahirnya manfaat adalah dibantu proses waktu, atau juga dalam bagian dialektika pengembangan pikiran, ilmu dan pengetahuan. Kematangan seseorang memahami hal ini sangat diperlukan, dalam rangka membangun pemahaman substansi tulisan secara utuh. Justru tulisan seperti ini yang memiliki amal yang nyata, karena bermanfaat untuk membangun konsep atau peta jalan (roadmap) keilmuan. Hal ini adalah dunianya para peneliti atau akademisi.
Tulisan akademik dan sitasi
Mengukur manfaat dari sebuah tulisan, dalam dunia akademik, terukur melalui kutipan atau sitasi. Sebuah tulisan yang banyak dikutip atau disitasi menunjukkan bahwa tulisan itu memberikan manfaat, atau menginspirasi penulis lainnya dalam membuat suatu karya ilmiah.
Cara-cara menulis karya ilmiah yang baik dan perihal sitasi diberikan di dunia perguruan tinggi. Mahasiswa dipandu untuk menulis dengan memenuhi kaidah-kaidah obyektivitas, kebaharuan, solusi menyelesaikan permasalahan.
Tulisan yang baik dengan mudah ditemukan di berbagai publikasi ilmiah. Saat ini banyak layanan penyedia publikasi buku atau jurnal ilmiah oleh penerbit yang dapat diakses online gratis atau membayar. Penulis tinggal mengakses dengan mudah. Kebutuhan dunia akademik dipermudah oleh layanan portal tertentu, yang dapat menghitung jumlah pembaca, sitasi atau indeksnya.
Cara berpikir kehidupan akademis dapat dicontoh agar seorang penulis dapat menghasilkan tulisan yang bermanfaat.
Pertama, menulis hal-hal yang baru. Tulisan baru mencakup substansi atau isi, setting waktu, keunikan, atau sudut pandang. Hal-hal baru tersebut akan dapat memenuhi kebutuhan pembaca dalam segmen yang luas.
Kedua, menggunakan referensi. Referensi atau rujukan pustaka akan memperkaya ruang lingkup suatu tulisan sekaligus mencerminkan pemahaman dan obyektivitas penulis. Dengan menggunakan referensi tulisan orang lain, penulis sedang menyusun peta jalan atau arah kemana tulisannya diarahkan.
Ketiga, bekerjasama dengan penulis lain. Dari pada sendirian, lebih manfaat menulis bersama dengan penulis lain (co-authorship). Berteman dengan penulis adalah wujud keabadian, atau langgeng. Ini sejalan dengan pepatah: verba volant scripta manen, artinya berbicara akan hilang, menulis akan abadi. Pertemanan ini adalah bentuk komunikasi positif untuk menciptakan jejaring pertemanan (akademik) dan membangun ilmu dan pengetahuan.
Keempat, tulisan harus selesai, terbit, dan online. Tantangan seorang menulis adalah mengeluh, dan mencari-cari alasan alasan untuk tulisan yang tidak kunjung selesai. Seorang penulis bertanggungjawab untuk menyelesaikan tulisannya, selesai, terbit dan online. Dengan online maka tulisannya akan terbaca banyak orang dan terekam oleh lembaga pengindeks tertentu.
Keempat, memahami pembaca. Penulis harus menganggap pembaca sebagai teman. Teman yang baik adalah saling memahami kebutuhan, dan memenuhi kebutuhan itu. Mengapa? Karena teman itu yang akan merasakan manfaatnya, dan menyebarkan ke teman-teman lainnya. Semakin banyak pembaca atau teman tercakup oleh tulisan penulis, semakin bermanfaat tulisan itu.
Malang, 2 Juni 2017
Penulis menulis buku:
- Iwan Nugroho. 2011. Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. 362p. ISBN 978-602-9033-31-1
- Iwan Nugroho dan Rokhmin Dahuri. 2012. Pembangunan Wilayah: Perspektif ekonomi, sosial dan lingkungan. Cetakan Ulang. Diterbitkan kembali oleh LP3ES, Jakarta. ISBN 979-3330-90-2
- Iwan Nugroho dan Purnawan D Negara. 2015. Pengembangan Desa Melalui Ekowisata, diterbitkan oleh Era Adicitra Intermedia, Solo. 281 halaman. ISBN 978-602-1680-13-1
- Iwan Nugroho. 2016. Kepemimpinan: Perpaduan Iman, Ilmu dan Akhlak. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. 362p. ISBN 9786022296386