Bagaimana Pola Makan Setelah Puasa Ramadhan
Makanan Sempol (sumber: http://im2.olx.biz.id)

Bagaimana Pola Makan Setelah Puasa Ramadhan

Setiap lebaran memberikan beragam perasaan dan persepsi berbeda.  Ragam persepsi itu berasal dari pengalaman setiap orang, dari apa yang sedang dihadapi, atau kejadian yang mempengaruhi.

Selama berpuasa mungkin banyak orang merasakan sangat nyaman, ibadah lebih khusuk, pola makan lebih teratur, tidur meski dengan durasi sedikit berkurang namun juga lumayan berkualitas; dan itulah yang membuat badan lebih sehat.

Alhamdulillah.. saya merasakan sangat nyaman berpuasa.  Paling tidak tubuh lebih ringan dan nyaman karena berat badan memang menurun, dan tentu badan juga sehat.  Pola makan sangat teratur dan terkendali, dengan jumlah asupan gizi lebih berkualitas meskipun porsinya memang menurun jauh.   Saat sahur sering hanya makan roti sedikit dengan teh susu, sementara saat berbuka makan nasi sedikit dengan sayur dan protein dari daging atau ikan.  Makan yang sedikit itu, ternyata membuat nyaman, tidak lemas atau lapar sama sekali.  Sebagai akibatnya, saluran pencernaan terasa nyaman.

Benar kata orang bijak, kalau ingin sehat ya perbaiki pola makan.  Jenis dan jumlah makanan sangat menentukan kesehatan perut.  Apalagi untuk orang yang berumur, saya berusia 60 tahun, mungkin perut atau lambungnya tidak elastis lagi, atau tidak bandel terhadap makanan yang pedas atau berlemak.  Secara teoritis, perut sehat adalah perut yang tidak memiliki lemak berlebih dan sistem pencernaannya berfungsi dengan baik.

Dengan lebaran kali ini, ada perasaan kuatir.  Apakah kira-kira saya mampu menahan diri, untuk mempertahan pola makan seperti selama bulan puasa.  Kekuatiran ini pasti dirasakan banyak orang.  Teman dokter juga menasehati, pola makan harus dijaga karena statistik sakit pencernaan selalu meningkat dalam bulan Syawal.

Kekuatiran ini mungkin tidak dirasakan oleh generasi yang lebih muda.  Mereka bisa lebih bebas makan dan minum, karena tubuhnya relatif tahan terhadap ragam jenis makanan dan minuman.  Saat muda saya suka makan, dengan ragam makanan dan porsinya juga nambah-nambah.  Waktu itu aman-aman saja.

Tapi sudah lah itu masa lalu.   Kini, perut saya sudah tdak bisa mentolerir makanan yang pedas atau sejenis berlemak.  Terkadang memang lolos makan pedas atau bersantan kental, karena ingin mencoba sedikit saja.  Sering-sering juga ketika menghadiri undangan yang kondisinya tidak bisa memilih makanan.   Setelah itu, biasanya malam hari perut ini akan protes, dengan berbunyi seperti keroncongan dan terasa penuh gas di lambung.

Hmmm  .. kekuatiran saya benar adanya.  Lebaran ini masih besok, saat berbuka puasa malam ini, tiba-tiba ini sudah ada makanan opor ayam, telor bumbu merah dengan sambel goreng kentang dan hati.  Waduh bagaimana ini….  Besok, lusa atau seminggu ke depan. mungkin ada lagi makanan sejenis ini.

Bagaimana pembaca, kabur aja?

“Ied Mubarak”. Semoga ibadah kita diterima Allah SWT.   Mohon maaf segala kesalahan. Semoga senantiasa dalam berkah dan lindungan Allah.

Malang. 30 Maret 2025

Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul “Lebaran, kabur aja”, Klik untuk baca:
https://www.kompasiana.com/iwannugroho/67e949bd34777c36b315c342/lebaran-kabur-aja

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *