“.. barang siapa bersabar dan memaafkan, sungguh yang demikian itu termasuk perbuatan yang mulia” (QS. Asy-Syura Ayat 43)
Lebaran merupakan momentum yang tepat untuk silaturahmi dan saling memaafkan. Semua keluarga dan handai taulan berkumpul, bergembira, dalam suasana haru, memaknai kebesaran dan keagungan Allah, merayakan kemenangan hati setelah sebulan berpuasa.
Tradisi mudik lebaran begitu mengharu, menderu dan menggebu. Seluruh keluarga bertemu dari berbagai kota dan desa. Rela bermacet di jalan dengan segala rupa hiruk pikuknya, disertai panas dan hujan. Ada yang menunggu di pelabuhan dengan harap-harap cemas karena gelombang pasang tak kunjung reda. Ada pula yang buru-buru ke bandara takut ketinggalan pesawat. Sementara, yang naik kereta rela berlama-lama menunggu kereta api terlambat tiba.
Tradisi lebaran adalah suatu nilai dan norma yang mulia, sehingga mampu menghimpun sesama manusia terlepas dari atribut dan level kedudukannya, untuk bersilaturahmi. Semua ingin mencium dan bersimpuh kepada orang tua atau yang dituakan. Sesama saudara ingin mendahului menunjukkan uluran tangan salam, sayang dan pelukan. Saling melepas rindu dan melepaskan semua belenggu, kesalahan dan saling memaafkan.
Setelah berpuasa sebulan penuh, seorang muslim bagaikan mengalami recharging seolah level taqwanya mencapai 100 persen. Sebulan penuh beribadah dengan keikhlasan berserah diri kepada Allah, menjadi makin sempurna dengan melepaskan belenggu kesalahan dan kekhilafan kepada sesama manusia. Manusia adalah makhluk lemah, dengan banyak kesalahan dengan sesamanya. Sifat kesombongan, ego, merasa paling pandai, atau sakit hati, segera lenyap dengan kata mohon maaf dan memaafkan secara tulus.
Demikianlah betapa indahnya hidup ini, ketika sesama manusia saling memaafkan. Memaafkan memiliki makna yang dalam, bukan hanya menghapus kesalahan, setapi juga membebaskan seseorang dari penyakit hati seperti dendam, iri hati, curang, moral hazard, dan kesombongan.
Tentu saja memaafkan bukan tanda kelemahan seseorang. Justru memaafkan adalah kebesaran jiwa atau luasnya hati, atau cinta kasih seseorang kepada sesamanya. Seseorang yang memaafkan seperti melepaskan belenggu atau kotoran sehingga di dalam hati dan pikiran seorang pemaaf senantiasa putih suci dan bersih. Demikianlah, seorang muslim masuk ke bulan Syawal maka dirinya seperti kembali suci.
Benar, memaafkan itu sangat suci dan mulia ibarat bayi yang benar-benar bersih. Di dalam hatinya terisi nilai-nilai illahi, iman hanya kepada Tuhan dan bukan keduniaan. Ia tidak punya kesalahan karena dosanya telah terhapus oleh ampunan. Ia tidak punya kebencian dan dendam karena telah ikhlas dimaafkan. Memaafkan bukan berarti menyetujui dengan kedzaliman atau kesalahan orang lain, tetapi untuk menempatkan diri untuk tidak terbelenggu dengan suasana hati yang merugikan, agar dapat melihat ke masa depan dengan hati yang bahagia.
Manusia yang telah memaafkan kini memiliki hati lebih tenang sehingga melihat dunia seisinya dengan senyuman. Senyum tanda rasa syukur atas nikmat yang Allah berikan. Memaafkan membuat pikiran lebih jernih dan obyektif, sehingga bisa mengambil keputusan yang arif dan bijaksana. Keputusan yang memberi manfaat bagi banyak orang. Memaafkan membuat jiwa lebih bahagia karena melihat orang-orang lain juga menikmati kebahagiaan.
Memaafkan itu justru membuka pintu keberkahan. Derajad orang yang memaafkan akan ditingkatkan seperti halnya orang-orang yang dimuliakan Allah. Mereka ini masuk ke dalam golongan orang yang sabar, ikhlas, rendah hati, dan senantiasa berempati dengan sesamanya. Mereka juga akan dilimpahi rejeki yang lapang dari berbagai arah yang tidak terkirakan. Kearah mana kaki melangkah, selalu bertemu orang yang menyambut dengan senyuman. Kaki melangkah ringan untuk membantu menolong orang dari kesulitan, menjadi kebahagiaan. Ketika menemui halangan dan kesulitan selalu diberi kemudahan. Alam menyambutnya dengan ramah dan senyuman.
Betapa indahnya memaafkan.
Malang, 2 April 2025
Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul “Indahnya Memaafkan”, Klik untuk baca:
https://www.kompasiana.com/iwannugroho/67ec92c4ed6415630958b3b4/indahnya-memaafkan?page=all#goog_rewarded