Meresapi bacaan Talbiyah
Mengembangkan Deduksi dari AM
AM Lupa dengan standar KPK
Kepemimpinan “Insinyur” Jokowi

Tulisan ini sudah terbit di kompasiana Popularitas gubernur Jokowi saat ini sangat menguat. Kekuatannya melebihi pemimpin nasional populer yang sudah ada sekarang. Siapapun melihat Jokowi memiliki persepsi yang hampir sama. Siapapun memberikan nilai positif. Kalaupun ada yang mengkritik Jokowi akan menjadi bumerang bagi pengkritiknya. Sekalipun dikritik, dijelekkan, atau disindir, Jokowi tidak pernah repot menjawab atau membalas. Jokowi percaya diri dengan langkahnya, lebih baik kerja, blusukan, dan solusi nyata. Jelasnya, profil Jokowi membuka mata bangsa ini akan seseorang pemimpin yang berbeda, pemimpin yang seolah-olah diidolakan, dibutuhkan, dan diharapkan.
Tulisan ini ingin melihat sisi-sisi obyektif kepemimpinan Jokowi, dan tentu banyak hal positif yang dapat dipelajari. Tulisan ini bukan untuk kepentingan kelompok tertentu.
Berjuang ala Lance Amstrong
Penulis meyakini banyak diantara pembaca mengenal Lance Amstrong (LA). LA adalah pembalap sepeda Amerika Serikat. LA lahir 42 tahun yang lalu, dan merupakan pemegang rekor juara Tour de France selama tujuh kali berturut-turut, selama 1999 hingga 2005. Kariernya sebagai pembalap akhirnya tertutup setelah ia terbukti menggunakan doping. Sekalipun demikian, namanya tetap dihormati karena ia berhasil mengatasi masalah pribadinya, perihal ancaman kematian karena penderitaan kanker yang sedang diidapnya.
Tiga tahun sebelum menjadi juara Tour de France, tepatnya tahun 1996, ia didiagnosis kanker testis. Ia terpukul, mengalami ketakutan, dan tidak mampu menerima kenyataan tersebut. “I was in complete shock. Here I was, young and healthy and riding better than ever and, suddenly, I have cancer. I was worried about losing my career and, frankly, my life. I didn’t know how to tell my mom, and I was scared and angry (1, 2). Ia menyembunyikan penderitaan sakit dalam program latihan dan lomba-lomba yang diikuti. Karena terlambat ke dokter, kanker bahkan sudah menyerang otak dan paru-paru.
Teladan pak Pur
Dalam suatu kehidupan organisasi, khususnya manajemen SDM, pensiun adalah proses yang alamiah. Pensiun harus dilakukan sebagai suatu mekanisme (peraturan) organisasi. Pimpinan manajemen menjalankan dengan wajar, memberhentikan atau melepas karyawan pensiun. Karyawan pensiun menerima dengan ikhlas. Tulisan ini sedikit mendeskripsikan pengalaman (memproses) pensiun seseorang (Jumat, 6 September 2013), pak Pur, nama lengkapnya Purwanto, yang dapat menjadi teladan kehidupan. Penulis dan pembaca dapat mengambil hikmah yang luar biasa dari kehidupan seorang pak Pur.
Menulis Buku Ajar
Menjadi pertanyaan besar bagi seorang dosen, bagaimanakah ukuran kinerja seorang dosen dalam meneliti? Bagaimana pula ukuran kinerja seorang dosen dalam mengajar. Jawaban pertanyaan pertama sangat jelas, yakni dengan penelitian dan dengan publikasi ilmiah. Jawaban pertanyaan kedua agak sulit, bisa bermacam-macam. SK mengajar (dari Ketua Program Studi atau Dekan) bisa jadi jawaban. Dahulu, bekal SK mengajar bisa menjadi modal bagi dosen mengajar kemana-mana, dimana-mana. Kini, SK mengajar tidaklah cukup. Dosen harus mampu menunjukkan rencana pembelajaran (RP) atau dalam bentuk Satuan Acara Perkuliahan (SAP) atau Garis-garis Besar Program Pembelajaran (GBPP).