Ramai-2 Mengembangkan Desa Wisata
Akhir-akhir ini pesona desa mulai terlirik. Kata ‘terlirik’ bermakna ketidak sengajaan, suatu persepsi yang agak bias ke para wisatawan, backpacker, traveller, atau petualang. Ini hal alamiah. Kemajuan atau perkembangan ekonomi secara tidak sengaja menyentuh alam pedesaan. Aliran barang, jasa dan orang masuk menjangkau ke wilayah pedesaan dengan berbagai tingkatan. Ada desa-desa yang terakses minim, sehingga lingkungannya masih khas alam desa. Namun ada juga, desa yang benar-benar sudah terbuka sehingga lingkungannya hampir tidak berbeda dengan kota. Namun, dorongan permintaan para traveller nampaknya tidak berhenti. Traveller ingin mengangkat/menikmati pesona desa bukan hanya dari perihal pertanian (atau sektor primernya), tetapi juga aspek lingkungan dan budayanya. Permintaan traveller nampaknya mulai disambut positif oleh penduduk desa. Ada yang sudah berhasil, namun ada juga yang masih tertatih-tatih. Tulisan ini mencoba mendiskripsikan pengalaman penulis perihal fenomena berkembangnya desa wisata.
Ngadas-Bromo-Tengger, never-ending journey
Desa Ngadas termasuk dalam wilayah kecamatan Poncokusumo, kabupaten Malang. Desa ini berada dalam wilayah teritori Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TN BTS), pada posisi 7o59’01’’ LS dan 112o54’17’’, dengan ketinggian 7000 kaki (sektar 2150 m) di atas permukaan laut. Ngadas adalah desa tertinggi di Jawa. Topografi desa Ngadas adalah pegunungan dengan iklim montana. Suhu di sekitar desa Ngadas berkisar 0 hingga 20oC. Desa ini hanya berjarak satu kilometer dari lautan pasir gunung Bromo (lihat googleearth)