Ramai-2 Mengembangkan Desa Wisata

Akhir-akhir ini pesona desa mulai terlirik.  Kata ‘terlirik’ bermakna ketidak sengajaan, suatu persepsi yang agak bias ke para wisatawan, backpacker, traveller, atau petualang.  Ini hal alamiah.  Kemajuan atau perkembangan ekonomi secara tidak sengaja menyentuh alam pedesaan.  Aliran barang, jasa dan orang masuk menjangkau ke wilayah pedesaan dengan berbagai tingkatan.   Ada desa-desa yang terakses minim, sehingga lingkungannya masih khas alam desa.  Namun ada juga, desa yang benar-benar sudah terbuka sehingga lingkungannya hampir tidak berbeda dengan kota.  Namun, dorongan permintaan para traveller nampaknya tidak berhenti.  Traveller ingin mengangkat/menikmati pesona desa bukan hanya dari perihal pertanian (atau sektor primernya), tetapi juga aspek lingkungan dan budayanya.    Permintaan traveller nampaknya mulai disambut positif oleh penduduk desa.  Ada yang sudah berhasil, namun ada juga yang masih tertatih-tatih.  Tulisan ini mencoba mendiskripsikan pengalaman penulis perihal fenomena berkembangnya desa wisata.

Candirejo (3): Dockart Village Tour

Dari Watu Kendil, sekitar jam 8.00 kami memutuskan kembali ke homestay.  Acara hari itu masih akan diisi dengan tour DVT.  Kami segera berbenah dan mandi.  Di meja makan sudah tersedia sarapan dengan menu sayur tumis, gulai ikan dan tahu tempe, plus krupuk.  Kami nikmati sarapan sambil bercerita perihal perjalanan ke Watu Kendil, sekaligus rencana checkout.  Kami merasa mendapatkan materi yang cukup perihal Candirejo.  Sore nanti kami akan ke Yogya menikmati tujuan wisata baru, Pindul, di wilayah kabupaten Gunung Kidul.

Candirejo (2): Filosofi Watu Kendil

Tulisan Candirejo edisi pertama sudah diterbitkan (klik disini).  Tulisan ini kurang lebih mewakili edisi kedua.

Tepatnya tanggal 15 Juni 2012, perjalanan ke Candirejo dimulai.  Persiapan telah dilakukan sebelumnya, termasuk menghubungi pak Tatak Sariawan dan Ersyidik di Candirejo untuk booking homestay. Kunjungan yang kedua ini berbeda dengan sebelumnya, yakni dengan berangkat secara tim menggunakan mobil sendiri.  Setahun yang lalu, penulis berangkat sendirian (menggunakan kendaraan umum) dalam rangka menjajagi ekowisata Candirejo dan ada kepentingan penerbitan buku di Yogyakarta.  Kini, kami berangkat berlima (Purnawan, Wiwin, Tri Wardhani, Ismini dan penulis) plus driver (Yadi) dari Malang sekitar jam 1.30 dini hari.  Perjalanan menggunakan rute Malang-Jombang-Solo-Boyolali-Magelang-Borobudur.  Perjalanan ini membawa misi riset sepenuhnya, sekaligus melihat perkembangan setahun terakhir di Candirejo.

Pesona Ekowisata Candirejo, Borobudur

Harapan itu akhirnya terpenuhi.  Tepatnya tanggal 21 Juni 2011, penulis berhasil tiba di Desa Candirejo, Kecamatan Borobudur, kabupaten Magelang.  Penulis merasa sangat bersyukur karena ada kemudahan yang membawa penulis bisa mengunjungi desa yang populer ini.  Sungguh surprised, kegiatan yang tujuan utamanya untuk finalisasi penerbitan buku (berjudul Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan) di penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta itu; berbuah manfaat luar biasa.

Candirejo Bukit Menoreh

Pagi itu udara sejuk dingin di kaki menoreh
Senyum sapa mengambang dari setiap wajah
Semuanya mengalir apa adanya
Damai, tenang, bertiup  angin tanpa suara
 
Terdengar derap kaki kuda menarik andong
Bersiap menatap hari yang panjang
Hari ini berbeda dengan kemarin
Terus mencari dari sisi yang lain