Ramai-2 Mengembangkan Desa Wisata

Akhir-akhir ini pesona desa mulai terlirik.  Kata ‘terlirik’ bermakna ketidak sengajaan, suatu persepsi yang agak bias ke para wisatawan, backpacker, traveller, atau petualang.  Ini hal alamiah.  Kemajuan atau perkembangan ekonomi secara tidak sengaja menyentuh alam pedesaan.  Aliran barang, jasa dan orang masuk menjangkau ke wilayah pedesaan dengan berbagai tingkatan.   Ada desa-desa yang terakses minim, sehingga lingkungannya masih khas alam desa.  Namun ada juga, desa yang benar-benar sudah terbuka sehingga lingkungannya hampir tidak berbeda dengan kota.  Namun, dorongan permintaan para traveller nampaknya tidak berhenti.  Traveller ingin mengangkat/menikmati pesona desa bukan hanya dari perihal pertanian (atau sektor primernya), tetapi juga aspek lingkungan dan budayanya.    Permintaan traveller nampaknya mulai disambut positif oleh penduduk desa.  Ada yang sudah berhasil, namun ada juga yang masih tertatih-tatih.  Tulisan ini mencoba mendiskripsikan pengalaman penulis perihal fenomena berkembangnya desa wisata.

TN MERU BETIRI: (3) SUKAMADE YANG SUNYI

Hari kedua perjalanan di TN MB (9/6/2012) masih menyisakan satu program, yakni pergi ke Sukamade.  Selesai melaut di perairan Poncomoyo, kami kembali ke homestay jam 13.30.  Kami kemudian bersiap diri menseleksi barang bawaan untuk ke Sukamade.  Makan siang saat itu menunya adalah sayur ontong pedas, dengan lauk pepes tongkol, serta tahu dan tempe goreng. Tahu atau tempe Rajegwesi kabarnya dibeli dari penduduk di perkebunan Sukamade.  Rasanya sangat enak mungkin karena bumbu dan cara menggorengnya yang tepat.