Pancasila dan kualitas SDM

Nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi atau falsafah terlahir dan telah membudaya di dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia.  Nilai-nilai itu tertanam dalam hati, tercermin dalam sikap dan perilaku serta kegiatan lembaga-lembaga masyarakat. Dengan perkataan lain, Pancasila telah menjadi cita-cita moral bangsa Indonesia, yang mengikat seluruh warga masyarakat baik sebagai perorangan maupun sebagai kesatuan bangsa (Poespowardojo dan Hardjatno, 2010a).   Namun demikian nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara harus diimplementasikan sebagai sumber dari semua sumber hukum dalam negara dan menjadi landasan bagi penyelenggaraan negara.

Pancasila dan Kepemimpinan Nasional

ABSTRAK.  Fenomena globalisasi berpengaruh kepada pergeseran atau perubahan tata nilai, sikap dan perilaku pada semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.  Perubahan yang positif dapat memantapkan nilai-nilai Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa dan mengembangkan kehidupan nasional yang lebih berkualitas.  Tuntutan dan aspirasi masyarakat terakomodasi secara positif disertai upaya-upaya pengembangan, peningkatan pemahaman, penjabaran, pemasyarakatan, dan implementasi Pancasila dalam semua aspek kehidupan.   Adapun perubahan yang negatif harus dideteksi dan diwaspadai sejak dini serta melakukan aksi pencegahan berbagai bentuk dan sifat potensi ancaman terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

WILAYAH PERBATASAN DAN DAYA SAING EKONOMI

Pemanfaatan geografi Indonesia dilaksanakan seoptimal mungkin dengan mengembangkan seluruh potensi sumberdaya wilayah untuk menghasilkan kesejahteraan dan keamanan.  Kawasan perbatasan adalah wilayah kabupaten/kota yang secara geografis dan demografis berbatasan langsung dengan negara tetangga dan/atau laut lepas. Kawasan perbatasan negara meliputi perbatasan darat dan laut termasuk pulau-pulau kecil terluar2) (RPJMN 2010-2014).  Berdasarkan UU 26 tahun 2007 (Penataan Ruang),  kawasan perbatasan merupakan kawasan strategis dari sudut pertahanan dan keamanan yang diprioritaskan penataan ruangnya.   Pengembangan dilakukan dengan mengubah arah kebijakan dari orientasi ke dalam (inward looking) sebagai wilayah pertahanan, menjadi ke luar (outward looking), yang menempatkan kawasan perbatasan sebagai wilayah pertahanan dan untuk meningkatkan aktivitas perekonomian.

Membangun Karakter Bangsa

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar.  Bangsa ini dibangun dari kehendak yang sama untuk mewujudkan cita-cita sebagai bangsa untuk mewujudkan empat tujuan negara (i) melindungi segenab bangsa dan tumpah darah Indonesia, (ii) memajukan kesejahteraan umum, (iii) mencerdaskan kehidupan bangsa dan (iv) ikut  menjaga ketertiban dunia berdasarkan perdamaian abadi.  Tentu saja cita-cita tersebut tidak mudah direalisasikan.  Bangsa ini memiliki banyak pengalaman ancaman dan tantangan yang menghambat cita-cita tersebut.  Sungguh beruntung, Pancasila senantiasa menunjukkan nilai-nilai keluhurannya.  Hal ini bukan saja berhasil digali oleh para pendiri bangsa tetapi juga direalisasikan dalam pembebasan dari penjajahan.  Sudah saatnya, generasi saat ini memantapkan dan mengakualisasikan kembali nilai-nilai Pancasila; untuk memandu jalannya kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; dan memecahkan berbagai permasalahannya.  Bangsa ini memerlukan orang-orang berkualitas, orang-orang berkarakter kebangsaan, atau orang-orang Pancasilais sebagaimana teladan yang diberikan para pendiri bangsa.

Puasa, 17 Agustus dan Perubahan

Tulisan ini telah terbit di blog kompasiana.

Pada tahun ini, 17 Agustus 2011 akan bertepatan dengan hari Rabu 17 Ramadhan 1432 H.  Momentum yang sama akan terjadi lagi 65 tahun akan datang, yakni pada 17 Agustus 2076 yang sama dengan hari Senin 17 Ramadhan 1499 H.  Mengenang puasa dan peringatan 17 Agustus memiliki makna dalam banyak hal.  Makna tersebut adalah perjuangan bangsa ini dalam mengupayakan dan menuntaskan permasalahannya.

GENERASI MUDA DAN PANCASILA

Akhir-akhir ini mulai banyak dibicarakan atau dipertanyakan wawasan kebangsaan generasi muda.  Banyak momentum mengangkat hal tersebut.  Saat peringatan hari Pancasila 1 Juni 2011, ada kebutuhan untuk mengaktulisasikan, merevitalisasi, dan memantapkan nilai-nilai Pancasila.  Salah satu rumusan hasil kongres Pancasila ke III di Surabaya 31 Mei – 1 Juni 2011 adalah dengan melibatkan generasi muda sebagai subyek pengembang nilai-nilai Pancasila.  Generasi muda diharapkan memberikan peran dan kontribusinya yang kelak juga akan menjadi aktor pembangunan nasional di masanya.

Pancasila, harus bagaimana?

Hari ini, 1 Juni 2011, penulis sedang mengikuti Kongres Pancasila ke 3 di Universitas Airlangga, Surabaya.  Kongres dibuka kemarin oleh wakil ketua MPR, Lukman Hakim Saifuddin.  Mengapa MPR? Karena sejak awal rencana, kongres ini disokong sepenuhnya oleh ketua MPR dan dioperasionalkan oleh perguruan tinggi khususnya UGM dan UNAIR.  Penulis hadir di acara ini karena harus presentasi call for paper yang terkirim sebelumnya (terlampir 1, 2).  Penulis memperoleh banyak hal dalam kongres ini, yang baru kali ini bisa aktif.  Kongres pertama di Yogya, dan kedua di Denpasar, terlewat begitu saja.

Pancasila, SDM dan Lingkungan Hidup

Naskah ini telah diterbitkan pada Jurnal Konstitusi, Mahkamah Konstitusi (MK) dan Puskasi Universitas Widyagama Malang.  3(2):107-127.  ISSN 1829-7706

Abstract

Pancasila as the nation’s view of life need to be implemented in a real life. This has been implemented by the founding fathers through a hard work and struggle resulting in the independence of Indonesia. At present, the values of Pancasila philosophy is very important to produce quality human beings, who have a strong character in spirituality, self confidence, and high work ethic to support national development. This paper attempts to describe it through the improvement of human resources in the environmentally sustainable development.