Bertemu saudara muslim di Thailand: (1) Meningkatkan iman dan taqwa

Suatu hari penulis diajak seorang kawan, pak Lukman, untuk melakukan perjalanan ke Thailand.  Penulis tanpa pikir panjang mau menerima tawaran itu, asal waktunya memungkinkan dan tidak ada udzur.  Tawaran itu memang belum fix karena belum ada jadwal resmi.   Maksudnya, itu adalah sebagai pemberitahuan awal, sehingga bila tiba saatnya maka penulis sudah menyiapkan diri segala sesuatunya.  Penulis pun diminta mengirim email paspor, sebagai persiapan untuk ticketing. 

Bertemu saudara muslim di Thailand: (2) Makan kembul dan silaturahim

Sudah menjadi kelaziman, panitia ijtima akan sibuk mengurusi kebutuhan makan para jamaah.  Mereka tentu ingin memberikan kesan silaturahim yang baik, dengan layanan makan.  Bisa dibayangkan bagaimana kerja bagian dapur untuk melayani 2500 jamaah asing dan sekitar 30 ribu jamaah lokal.  Pekerjaan ini dilakukan tiga kali sehari, masing-masing sekitar jam 8.00, 13.00 dan 20.00, selama sekitar lima hari (17 hingga 21 Januari 2014). Setiap jadwal makan, panitia diperkirakan menyediakan sekitar 5000 nampan.  Bila dihitung setiap nampan berisi setara 0.20 kg beras, maka memerlukan sekitar 1000 kg beras setiap jadwal makan, atau 3000 kg beras sehari.    Jamaah diberi kesempatan makan setelah mengikuti bayan atau selesai sholat.  Mereka bergegas ke sekitar dapur untuk mendapatkan tempat. Itu sebabnya dapat dimengerti panitia berkali-kali menyampaikan permohonan maaf (melalui sound system) tentang kekurangan dalam hal layanan makan ini.

Selamat jalan, Kolonel Pok

Pada tanggal 11 Agustus 2012, meski hari Sabtu, aktivitas berjalan seperti biasa.    Di kampus sedang ada seleksi beasiswa untuk mahasiswa baru Universitas Widyagama Malang 2012/2013.  Penulis menunggu proses seleksi hingga selesai.  Kemudian, penulis pulang dan tiba di rumah sekitar jam 14.30.  Di rumah, penulis segera posting berita tentang seleksi beasiswa.  Ketikan jari sebelas terus menyambung kata demi kata untuk merangkai berita dilengkapi gambar dari kamera.  Penulis juga membuka facebook (FB), dan berita dotcom.  Setelah edit redaksional, posting dipublish dan dishare di FB.

Tidak ada yang aneh hingga saat itu.  Status FB biasa-biasa saja hingga mata terbelalak dari sebuah status seorang kawan .. Rest in Peace.  Yang benar saja, ini .. berita duka, pikir penulis.  Sangat sulit dipercaya.. tertulis Rest in Peace Pok, status tersebut dilengkapi foto empat ibu mengapit seorang pria.  Foto pria itu,.. penulis sangat kenal, ia adalah Pok.  Wajahnya sangat khas Indochina dengan mata sipit.  Badannya setinggi 175 cm dengan postur ramping sebagaimana umumnya tentara. Nama lengkapnya Seangaroon Armonthawonsakul, seorang tentara AD Thailand dengan pangkat kolonel.  Ia adalah teman saat sama-sama pendidikan Lemhannas tahun 2010.  Rasa penasaran masih muncul.