
Outcome pendidikan tinggi menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Mendikbud RI) adalah bahwa diharapkan 80 % lulusan sudah bekerja dalam waktu enam bulan. “Kalau tidak, program studinya akan ditutup.” Pernyataan ini sempat dimunculkan oleh narasumber pada Webinar bertema Moda Pembelajaran Daring/Pendidikan Jarak Jauh yang Berkualitas, yang diselenggarakan oleh Asosiasi Badan Penyelenggara Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (ABPPTSI) pada Sabtu 25 Juli 2020 jam 08.00-10.00 kemarin.
Undangan yang ditujukan kepada para pengurus ABPPTSI dan pimpinan perguruan tinggi swasta seluruh Indonesia ini menggandeng nara sumber tunggal Prof. Dr. Paulina Pannen, MLs, Plt Direktur Sistem Inovasi Kementerian Ristek dan Teknologi/BRIN dengan moderator Steve Ginting SE, Wakil Ketua Umum ABPPTSI. Merangkap ketua pelaksana, dalam laporannya Steve menyampaikan bahwa kuliah daring atau pembelajaran jarak jauh adalah jalan keluar bagi dunia pendidikan di masa pandemi Covid-19 ini. Agar konsep pembelajaran jarak jauh ini berhasil sebagaimana tujuan yang diharapkan, maka perlu ada persepsi yang sama diantara seluruh penyelenggara, khususnya dikalangan perguruan tinggi swasta.
Dibuka oleh Ketua Umum ABPPTSI Prof. Dr. Thomas Suyatno, MM, seminar online yang juga menampilkan best practice dari Binus. “Enam bulan terakhir kita dihadapkan pada situasi pandemi yang menuntut dilakukannya reorientasi dan transformasi berbagai kebijakan perguruan tinggi. Banyak hal yang harus disesuaikan dengan kondisi ini. Perguruan tinggi tidak boleh kehilangan akal, harus mencari terobosan-terobosan baru agar proses pendidikan generasi muda tidak terhalang meskipun pembelajaran tatap muka hingga saat ini belum boleh dilakukan. Tetapi tidak perlu khawatir karena kita tidak sendiri, sisten pembelajaran jarak jauh memungkinkan kita untuk dapat memilih. Ini saatnya kita berkolaborasi, bukan malah saling bersaing,” demikian antara lain pesan Thomas. Ditambahkan pula bahwa PJJ memiliki empat karakteristik yaitu terbuka, sebagaimana konsep Kampus Merdeka – Merdeka Belajar, belajar mandiri, belajar dimana saja dan kapan saja serta berbasis teknologi-informasi dan komunikasi. “Untuk dapat menyelenggarakan konsep PJJ ini secara efektif, tiga modal besar harus dimiliki oleh perguruan tinggi, yaitu software, hardware dan brainware.”

Agar perguruan tinggi dapat “goes learning from home”, Paulina menyebutkan bahwa ada tiga keputusan yang harus diambil, yaitu keputusan teknologi, keputusan pedagogi dan keputusan manajemen. “Keputusan teknologi harus memenuhi 7 kriteria yaitu persyaratan teknologi bagi mahasiswa, akses terhadap materi kapan saja, dimana saja dan siapa saja, tersedianya navigasi ke berbagai domain sumber belajar daring, Learning Management System (LMS) yang user friendly, keragaman sinkronus dan asinkronus, pembelajaran yang menarik, interaktif, dan menyenangkan, dan semua sumber belajar menyebutkan sumbernya atau hak ciptanya dengan jelas,” jelas Paulina. Ditambahkan pula bahwa rancangan materi pembelajaran harus sudah diberikan dari awal dalam kondisi utuh satu semester, tidak week by week.
Terkait dengan materi pembelajaran ini, EA Kuncoro menggarisbawahi dari pengalaman lembaganya melakukan metode ini sejak 1998, walau saat itu masih dengan sembunyi-sembunyi. “Berat menyiapkan dosennya, juga menyiapkan kontennya karena harus ada dukungan dari staf yang mumpuni. Penyiapan infrastruktur teknologi membutuhkan biaya yang tidak sedikit,” demikian tekannya. Wakil Binus ini juga menyebutkan bahwa variabel utama yang harus disiapkan dalam pembelajaran daring setidaknya ada tiga yaitu SDM, baik dosen maupun mahasiswanya, lingkungan, manajemen dan sistem penjaminan mutu.
Terkait dengan penerapan Kampus Merdeka – Merdeka Belajar Paulina menambahkan bahwa tiga semester pembelajaran off campus bagi mahasiswa, khusus saat ini, tidak dapat dilakukan dengan mengambil sistem online dari kampus penyelenggara yang “tidak jelas”. Perguruan tinggi harus menyiapkan pilihan, perguruan tinggi mana saja yang boleh dipilih oleh mahasiswanya. Kalau perlu dosennya ikut masuk sebagai observer untuk memastikan keikutsertaan mahasiswanya,” jelasnya menjawab pertanyaan salah seorang peserta tentang pengakuan sks pembelajaran off campus bagi mahasiswa.
Pada acara tersebut, dari Kampus Inovasi Universitas Widyagama Malang nampak hadir Dr. Anwar, SH, MH sebagai Badan Penyelenggara Pergururan Tinggi Swsata mewakili YPPI Widyagama Malang dan Rektor UWG Dr. Agus Tugas Sudjianto, ST, MT. (san/pip/red:rh)
Leave A Comment
You must be logged in to post a comment.