Bertambah Usia

Sungguh mengejutkan.  Tak disangka, beberapa bulan saja meninggalkan kota Malang.  Ternyata banyak hal yang sudah berubah.  Saat menghadiri undangan Pengukuhan Guru Besar Prof Sudiarso di Universitas Brawijaya Malang, 23 Desember 2010, penulis bertemu dengan beberapa teman.  Penulis terperangah, kaget  …. ternyata secara fisik pada tampilan kawan-kawan telah banyak berubah.  Ada kawan yang rambutnya memutih…. artinya lebih banyak uban dibanding sebelumnya.  Ada yang tambah keriput.. maksud penulis semakin banyak lipatan dan kerutan kulit dibanding sebelumnya.  Ada yang mukanya makin cekung menandakan .. ketuaan atau kematangan.

Sembilan bulan tidak bertemu mereka berarti secara fisik dan biologis kita semua mengalami perubahan.  Periode itu sudah cukup signifikan bagi perkembangan usia kehamilan, pertumbuhan balita, atau orang dewasa yang menjalani kesembuhan dari sakit, dan lain sebagainya.

Dalam sebuah bacaan (1) dikatakan perubahan fisik pada orang dewasa adalah hal yang lumrah.  Hal itu disebabkan berkurangnya sejumlah neuron, yaitu unit-unit sel dasar dari sistem syaraf. Lima sampai sepuluh persen dari neuron otak berhenti tumbuh sampai manusia mencapai usia 70 tahun. Terjadinya proses penuaan sejalan dengan tidak bereproduksinya neuron-neuron tersebut antara lain kulit di sekujur tubuh menjadi keriput, rambut memutih atau menipis, kelopak mata semakin cekung, gigi rontok satu per satu, bahu membungkuk dan tampak mengecil.

Segera saja penulis bertanya kepada diri sendiri, apakah proses itu juga terjadi pada diri penulis?   Beberapa kali penulis melihat cermin, mengamati kerutan kulit, mengamati jumlah uban, mengamati penurunan fungsi organ, atau hal-hal fisik dan biologis lain.  Benar juga, proses itu semua terjadi.  Dua minggu yang lalu penulis mencoba bermain futsal hanya 20 menit, ternyata hingga sekarang tulang persendian di kaki masih terasa ada yang tidak beres.

Beberapa kawan memberi saran supaya pada usia seperti ini harus rajin berolah raga, khususnya senam (bukan aerobik), atau berjalan kaki.  Dr. Fachmi (kawan PPRA 45 Lemhannas dari IDI Pusat) menyarankan olahraga jalan kaki selama 30 menit dengan frekwensi 2 hingga 3 kali per minggu.  Olahraga itu penting untuk memelihara kebugaran dan stamina, selain memelihara keseimbangan input/output energi.  Beberapa hari ini penulis memperhatikan tentang diabetes, yang salah satu pencegahannya adalah dengan olah raga jalan kaki.

Apa makna semua itu?  Bertambahnya usia tersebut harusnya diikuti sikap kedewasaan psikologi.  Memasuki usia makin tua, ada beberapa hal yang harus dihadapi (2).  Pertama perasaan tanggungjawab untuk memberikan perhatian pada sasaran jangka panjang dan kepentingan orang lain. Kedua, melaksanakan hubungan sosial dan berbagai implikasinya.  Ketiga, melaksanakan kehidupan di luar aktivitas utama (bukan kerja).  Keempat, memilih dan memprioritaskan energi pada kegiatan yang lebih bermakna. Kelima, melaksanakan perihal persiapan menghadapi kematian dan mengkondisikan keluarga.

Beberapa saran baik dapat dilakukan terkait hal tersebut.  Orang-orang tua kita sering memberi contoh untuk saling silaturahim.  Silaturahim dapat dilakukan secara informal  misal mengunjungi tetangga, famili, kawan; dengan melihat secara dekat.  Disanalah dapat dibangun saling pengertian, memberikan perasaan senang atau menyenangkan.  Sebaiknya memang, yang kebetulan berpunya atau yang sehat mendahului silaturahim. karena memiliki kesempatan lebih longgar, dan disitulah saling mendoakan atau beramal, atau membantu.  Disitu juga akan lebih mengenal satu per satu anggota keluarga/kerabat, yang suatu saat akan saling membutuhkan di kala suka maupun duka.  Umat muslim diminta untuk senantiasa sholat wajib berjamaah di masjid, karena sekaligus dapat bersilaturahim antar jamaah.  Mengunjungi keluarga yang sedang berduka/meninggal, dapat mengingatkan yang hidup untuk mengambil pelajaran memaknai kehidupan sekaligus meningkatkan ketaqwaan.

Silaturahim cara modern dapat dikembangkan sepanjang memuat hal-hal positif dan  manfaat nyata.  Media facebook, milis, atau messenger dapat digunakan untuk saling mengabarkan hal-hal positif.  Meski masih diperdebatkan, cara ini sangat membantu untuk komunikasi jarak jauh.  Media elektronik tersebut seyogyanya diperkuat dengan silaturahim fisik.  Sebaiknya, untuk jarak dekat silaturahim secara fisik harus diupayakan karena akan memiliki makna dan manfaat yang lebih dalam.

Inti dari memaknai usia menjelang tua,  nampaknya adalah perlunya menata hati untuk tidak berpikir diri sendiri, tidak mementingkan diri sendiri.  Seyogyanya generasi tua memilih dan fokus kepada hal-hal prioritas dengan mengandalkan kepada kematangan dan kearifan, dan menyerahkan dan melatih generasi muda mengambil alih tanggungjawab.

Siapkah penulis?  Siapkah anda pembaca?

Kaki gunung Panderman, Sengkaling
Malang, 13 Januari 2011


4 Comments

  1. Prof, ada juga tuntunan doa bagi yang sudah usia 40 tahun ke atas, yaitu “Rabbi auzi’ni an asykura ni’matakallati an’amta ‘alayya wa ‘ala walidayya wa an a’mala shalihan tardhahu wa aslih li fi dzurriyati. Inni tubtu ilaika wa inni manal muslimin”.

    Ayatnya: ….Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri” (QS. Al Ahqaf : 15).

    • lengkap dah.. ditambah doa pak Cah. terimakasih pak, jaga kesehatan. salam utk keluarga

Leave a Reply to Mertosanan Kulon Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *