Silaturahim

Minggu yang lalu penulis sangat bersyukur bisa bersilaturahim dengan banyak orang.  Hal ini bukanlah silaturahim biasa, karena memuat hal-hal yang berkaitan dengan aspek pendidikan, perihal masa depan, dan tentang orang-orang yang berdedikasi pada ilmu pengetahuan.  Mereka juga sangat dihormati dan dihargai orang-orang sekelilingnya, sehingga menghasilkan manfaat bagi sesamanya dan institusinya.

Tanggal 17 dan 18 Januari 2011, penulis berkesempatan mengunjungi kampung Inggris, di kecamatan kota Pare, kabupaten Kediri.  Kampung Inggris tepatnya terletak di dua desa, yakni Singgahan dan Tulungrejo.  Berita tentang kampung Inggris ini sedemikian populer (1,2,3)  sehingga hampir setiap mahasiswa atau umumnya siswa sudah mengetahui dan pernah belajar di sana.  Penulis bersyukur, putri kami berminat dan bersedia ‘mondok’ di salah satu camp untuk belajar bahasa Inggris, memahami lingkungan desa, dan mendalami kehidupan dan berjuang mengejar mimpi masa depan.  Penulis kagum dengan lingkungan di sana, banyak anak-anak muda seusia sekolah atau mahasiswa, dari Sumatera, Kalimantan, Jakarta, Jawa Barat, Lombok.

Penulis sempat berkomunikasi dengan pengelola salah satu kursus.  Ia menjelaskan tentang program speaking dan academic purpose, yang diajarkan di tempatnya. Pengajar atau tutor berasal dari guru-guru bahasa Inggris di sekitar Pare atau alumni dari beberapa perguruan tinggi di Surabaya dan Malang.  Saat yang sama penulis juga melihat native speaker asal Scotland sedang dikerubuti peserta kursus.  Penulis sempat berkomunikasi dengan seorang mahasiswa bernama Asim, yang sudah tinggal lebih dari tiga bulan untuk belajar disana. Asim mengaku berasal dari Kalimantan Selatan. “Apa saja manfaat yang telah diperoleh?”, tanya penulis.  “Sangat banyak.  Disini bisa belajar dan berkomunikasi dalam bahasa Inggris, berteman, memperdalam ilmu agama, dan terlibat dalam pembelajaran dengan peserta baru”, jawabnya.  Sebagai informasi, sejarah berdirinya kampung Inggris melekat dengan keberadaan pondok pesantren di desa itu.  Demikianlah, kampung Inggris juga menyajikan potret desa dengan kehidupan agama Islam.

Penulis mengamati banyak peserta berlalu lalang naik sepeda sambil membawa tas menuju ke tempat kursus atau camp masing-masing.  Kabarnya di kampung Inggris ini ada sekitar 80 tempat kursus atau camp.   Camp adalah pondokan (english area) dimana peserta diwajibkan berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Di suatu tempat, di bawah pohon, nampak sekelompok peserta didampingi tutor sedang conversation membahas suatu materi.  Disini, peserta bisa menyewa sepeda yang banyak disediakan oleh penduduk setempat.  Sepeda sangat bermanfaat untuk mobilitas karena kebanyakan peserta mengambil kursus lebih dari satu tempat dengan jadwal waktu yang sangat padat.  Sungguh luar biasa.. penulis yakin anak-anak muda yang berilmu ini Insya Allah meraih masa depannya dengan cemerlang.. kelak akan berbakti untuk nusa, bangsa dan agama.  Jadikanlah mereka sumberdaya manusia Indonesia yang berkualitas, agar dapat dan mampu membangun bangsa meraih cita-cita menuju Indonesia yang maju, adil, makmur dan sejahtera..

Silaturahim berikutnya saat penulis berkunjung ke Jember pada tanggal 20 – 23 Januari 2011.  Penulis sempat berkunjung ke kawan lama. Pertama menemui Dr Sugeng Winarso, kawan saat kuliah di Malang tahun 1980an.  Penulis bersyukur kawan satu ini sangat konsisten dengan tugasnya, tetap pintar seperti saat kuliah dulu.  Penulis sempat berkunjung ke rumahnya, bertemu istri dan tiga buah hatinya. Sebelumnya kami berdiskusi di kantor, di Universitas Jember; mendiskusikan tugas-tugas kantor dan saling sharing manfaat.  Beliau saat ini mendalami hal-hal terkait mutu dan audit lingkungan dengan berbagai pengalamannya dengan industri.  Penulis sempat diberi brosur penjaminan mutu.

Ketika penulis menyinggung rencana jabatan guru besar, beliau terhenyak.  Beliau memang sedang merencanakan pengusulan dalam waktu dekat.  Namun nampaknya banyak hal yang menjadi pertimbangan.  Hal demikian memang biasa dirasakan oleh calon-calon guru besar.

Diantar pak Sugeng, penulis juga berkunjung ke rumah Ir. Sutrisno, MS, kawan semasa mengambil studi magister di IPB Bogor.  Beliau juga dosen di Fakultas Pertanian Universitas Jember.  Sesampai di depan rumah, nampaknya pak Tris, penulis memanggil beliau, sedikit terkejut.  Kehadiran penulis mengembalikan memori beliau ke masa dua puluh tahun yang lalu.  Tampilan beliau secara fisik tidak berubah.  Tubuhnya ramping, sehat dan lincah.  Penulis tidak menyangka, tiga tahun lagi beliau akan pensiun.

Pak Tris adalah pribadi yang bersahaja.  Beliau benar-benar seorang guru, dan konsisten dengan pendapat keilmuannya.  Beliau tidak ragu menerapkan keilmuannya dalam kehidupan nyata.  Beliau mengajar dan mendalami keilmuan geomorfologi, mineralogi dan pedologi; suatu bidang keilmuan soil science, yang mungkin tidak banyak peminatnya.  Penulis sempat menyinggung bahwa keilmuan tersebut sangatlah langka, karenanya perlu regenerasi.  Beliau tertawa, .. beliau sangat menyadari terlebih saat ini kurikulum ilmu tanah semakin meredup sejak kebijakan restrukturisasi program studi di dalam ilmu-ilmu pertanian.

Rumah pak Tris didisain menerapkan efisiensi energi. Maksudnya, beliau menerapkan pola sejenis agroforestry di lingkungan rumah sebagaimana konsepsi ilmu lingkungan.  Di rumahnya tersedia (sumur) resapan yang berfungsi menampung dan menyimpan air hujan.  Luar biasa memang, .. volume resapan itu sangat besar sehingga hujan lebat sekalipun akan tertampung di resapan.  Di samping rumah bisa ditemukan vegetasi pepohonan dan perdu; antara lain pohon markisa, palm merah, dan bunga bangkai.  Selain mengkoleksi tanaman yang khas, beliau juga mengkoleksi beragam jenis batuan sebagai bagian dari bidang ilmu yang dikuasainya. Pak Tris juga mengajak mahasiswanya untuk praktikum di lingkungan rumahnya, untuk menghitung efisiensi energi. Tidak banyak orang yang mengerti hal ini, apalagi menerapkan.  Memperhatikan pak Tris, penulis jadi ingat pak Purnawan, dosen di Universitas Widyagama yang punya perhatian besar kepada lingkungan.

Silaturahim berikutnya adalah dengan keluarga besar bidang penelitian PTPN X (istri penulis bekerja di kantor direksi).  Kali ini silaturahim bertempat di Jember dan Kalibaru, dengan menghadirkan wilayah kerja kantor direksi Surabaya, Puslit Klaten, Puslit Jengkol dan Puslit Jember. Silaturahim yang tiap tahun diselenggarakan ini bertujuan untuk saling mengenal, mendekatkan hubungan kekeluargaan, agar lahir saling pengertian untuk menghasilkan kerjasama, kinerja  dan produktivitas yang lebih optimal.  Penulis tentu sangat gembira dan antusias dalam silaturahim kali ini, karena berkenalan dengan orang-orang baru karena ada promosi/mutasi) setiap tahun.  Bagaimanapun merekalah yang memberikan peran penting, melalui kerjasama dan koordinasi sehingga istri bisa bekerja dengan baik.  Ada seorang pak Mat, yang telah mengabdikan diri selama 30 tahun mendukung tugas-tugas kantor istri.  Ada seorang adik Ilham, karyawan muda yang berdedikasi tinggi membantu pekerjaan IT.

Penulis bersyukur bisa bersilaturahim dengan orang-orang baik dan luar biasa.  Ya Allah berikanlah kepada mereka kebaikan dan kemuliaan sesuai jalanMu.

Kaki gunung Panderman, Sengkaling, Malang, 26 Januari 2011

7 Comments

    • Sama-sama. Insya Allah memberi manfaat. Semoga kampung inggris makin maju dan berkembang

  1. Erna Anastasia

    Terima kasih Pak Iwan tulisannya menambah wawasan kami,

  2. Samsu Alam

    Saya berniat ke Kampung Inggris bulan Nov 2011 ini, yg perlu saya ketahui adalah berapa biaya yg dibutuhkan utk belajar dan mondok di kampung ini selama 2 minggu ?

  3. Suparjiyono

    mohon info program liburan untuk 2 anak klas 1 sma dan klas 1 smp. Tks

Leave a Reply to iwan Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *