Pancasila, harus bagaimana?

Hari ini, 1 Juni 2011, penulis sedang mengikuti Kongres Pancasila ke 3 di Universitas Airlangga, Surabaya.  Kongres dibuka kemarin oleh wakil ketua MPR, Lukman Hakim Saifuddin.  Mengapa MPR? Karena sejak awal rencana, kongres ini disokong sepenuhnya oleh ketua MPR dan dioperasionalkan oleh perguruan tinggi khususnya UGM dan UNAIR.  Penulis hadir di acara ini karena harus presentasi call for paper yang terkirim sebelumnya (terlampir 1, 2).  Penulis memperoleh banyak hal dalam kongres ini, yang baru kali ini bisa aktif.  Kongres pertama di Yogya, dan kedua di Denpasar, terlewat begitu saja.

Kesan awal kongres ini, ini nampaknya adalah forum para dosen Pancasila, karena banyak peserta didominasi dosen.  Padahal undangan lainnya sangat beragam, antara lain: tokoh-tokoh nasional seperti Prof Jimly (mantan ketua MK), Prof Syafii Ma’arif (mantan ketua PP Muhammdiyah), Bambang Sulistomo (putra bung Tomo), tokoh lintas agama dan lainnya.

Hari kemarin, kongres diawali dengan suatu fragmen tentang diskusi dalam panitia kecil BPUPKI untuk merumuskan dasar negara.  Penulis sangat terkesan bagaimana Bung Karno memimpin sidang dan berargumentasi dengan Maramis, Abikusno, Muzakir, Wahid Hasyim, Yamin, dan Hatta.  Hal yang kritis adalah ketika mendiskusikan piagam Jakarta yang mencantumkan tujuh kata perihal pelaksanaan syariat Islam.  Hal ini menjadi pertentangan keras antara tokoh-tokoh Islam dan kebangsaan.  Fragmen berikutnya dilanjutkan ke sidang PPKI tanggal 18 Agustus saat menetapkan UUD.  Disinilah kebesaran hati, kesediaan menerima, legowo, kenegarawanan tokoh-tokoh nasional ditunjukkan.  Tokoh-tokoh Islam mau bermufakat, dan bersedia men-delete klausul syariat Islam dalam rangka untuk mengadopsi Pancasila sebagai nilai-nilai luhur bangsa Indonesia, dan bersama-sama dalam wadah NKRI.  Bahkan Wahid Hasyim mengatakan, Agama Islam dan umat Islam tidak berkurang perannya dalam kehidupan nasional dengan permufakatan itu.

Para pembicara pleno atau komisi secara umum menyatakan Pancasila sedang dilupakan.  Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara saat ini memang diakui para pembicara.. sedang jauh dari nilai-nilai Pancasila.  Dalam aspek sosial, masyarakat .. sedang dan mudah marah, social disstrust, sejalan dengan meningkatnya kemiskinan; dalam aspek ekonomi..Indonesia sedang masuk ranah kapitalisme; dalam aspek kepemerintahan nampaknya masih ada salah kelola (bad governance), kepemimpinan yang lemah, dan lain..lain.  Prof Sutarto menyatakan bangsa kita masih pada level suka ngomong, bukan masyarakat yang suka membaca (literate community).  Itu sebabnya bangsa ini belum bisa produktif seperti halnya negara-negara maju lain.

Nuansa kongres mengerucut pada satu hal bahwa Pancasila perlu diimplementasikan ke dalam kehidupan nyata, yang menurut Prof Jimly dinyatakan dengan lahirnya produk-produk hukum berkualitas dengan mengutamakan keadilan dan kesepadanan, menurut Prof Puruhito (mantan Rektor UNAIR) diarahkan untuk menghasilkan SDM sehat dan berkualitas, menurut Prof Sutarto (UGM) dinyatakan sebagai kehidupan yang setara dan berbudaya.  Prof. Jimly mengatakan aspek keadilan masih belum terealisasi dan belum disentuh sama sekali.  Perbedaan pendapatan antara orang kaya dan miskin mencapai seribu kali; padahal harusnya tidak lebih sepuluh kali.  Secara umum, diskusi dalam kongres masih sedang merumuskan apa bentuk pelembagaan  untuk mengimplementasikan Pancasila.

Secara khusus, Prof Jimly memberi perhatian agar kita semua tetap optimis.  Pancasila dan UUD sebagai kesatuan harus terus menerus ditelaah, dikembangkan dan dimantapkan.  Rumusan batang tubuh UUD adalah implementasi langsung Pancasila.  Ini kemudian diimplementasikan ke dalam produk UU, dan peraturan perundangan di bawahnya.  Saat ini, sekalipun reformasi  masih terus menemukan bentuknya, namun sistem sudah tersedia untuk mengawal perjalanan konstitusi sebagai landasan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.  MK bertugas mengawal UU, sementara MA yang mengawal  peraturan di bawah UU.  Presentasi Prof Jimly sangat mencerahkan dan mulai menunjukkan kejelasan perihal bentuk pelembagaan pemsyarakatan Pancasila.

Kongres merumuskan banyak hal untuk mengimplementasikan pembudayaan nilai-nilai Pancasila.  Kongres bersepakat untuk merangkul generasi muda dalam mengembangkan pemikiran, konsep, dan metode pembudayaan Pancasila.  Perlu dilahirkan generasi muda Pancasilais dengan cara mereka untuk mencintai negeri ini dan meningkatkan mutu SDM Indonesia ke depan.  Saat penutupan, Wakil Rektor UNAIR menyatakan sarjana-sarjana baru perlu dididik untuk mencintai negeri ini bukan hanya dari sudut pandang Jakarta atau Jawa, mereka juga harus mau mengenal dan membangun wilayah seperti Halmahera, Papua dan wilayah lainnya.

Selamat bertemu lagi di kongres Pancasila ke 4 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta tahun 2012.

Universitas Airlangga Surabaya, 1 Juni 2011

6 Comments

  1. Karma.S

    * “Pancasila” jangan dibiarkan terlelap, patut bersyukur bahwa NKRI ini Tetap Tegak karena Pancasila.

    * Saya masih sangat ingat ketika kelas 2-3 SD (1968-1969) betapa semangatnya menyanyikan Lagu GARUDA PANCASILA….akulah pendukungmu…patriot proklamasi…sedia berkorban untukmu….dst, dst…sekarang entah kemana gaung lagu tsb.

    • Pancasila dasar negara, Rakyat adil makmur sentosa, Pribadi bangsaku, ayo maju.. maju (3X); mantab sekali pak Karma. Saya baru nyanyikan sendiri ha..ha. Terimakasih komentarnya, semoga sukses

  2. I Wayan Susanto

    Pancasila itu sungguh sempurna, dasar berbangsa dan bernegara…namun dalam perjalanan waktu…nilai-nilai yang terkandung di dalamnya tergerus oleh ketidakadilan, entah sengaja dihilangkan…dulu kita masih mendengar dan bahkan mendapatkan penataran P4, sekarang sepertinya sudah nda pernah kedengaran pak ya???? mudah2an kongres pancasila bisa memberikan angin segar untuk wewujudkan pembudayaan nilai-nilai pancasila, karena tidak sedikit WNI yang tidak hapal bahkan tidak tau isi pancasila……

    • Kita semua punya tanggungjawab mengembangkan nilai-nilai Pancasila dl berbagai aspek kehidupan

Leave a Reply to Iwan Nugroho Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *