Tulisan ini telah terbit di blog kompasiana
Mengawali tahun baru banyak harapan disampaikan, keinginan dituangkan, agenda disusun, dan lain-lain ditargetkan. Semua itu adalah bagian dari upaya memperbaiki, meningkatkan dan memperbaharui pencapaian dan hasil dari tahun sebelumnya. Momentum tahun baru menjadi khusus karena dijadikan awalan atau tonggak pembaharuan. Tahun baru, baik karena menjadi agenda formal kelembagaan, atau alasan individual; menuntut siapa saja melakukan evaluasi, introspeksi, sebagai bahan perbaikan untuk kehidupan akan datang.Ketika seorang manajer mengevaluasi bisnis perusahaannya, dan menemukan satu sisi yang menjadi kendala. Maka kendala itu menjadi alasan utama bagi upaya-upaya perubahan dalam menetapkan target bisnisnya. Momentum tahun baru, kemudian menjadi awalan untuk itu mengadakan perubahan. Pada saat lain, ketika usaha bisnis dievaluasi dan diidentifikasi mengalami kejenuhan atau stagnan. Maka, manajer berupaya menggerakkan semangat untuk peningkatan kinerja. Upaya-upaya itu semuanya sah, dan benar adanya.
Upaya pembaharuan dapat dilakukan bermacam-macam. Pembaharuan ada yang nampak dari luar (kulit), tetapi ada yang tidak nampak (isi). Ada yang mendesak, ada yang ditunda. Ada yang pakai cara biasa, atau cara luar biasa (out of the box). Semuanya penting tergantung kebutuhannya. Tetapi intinya semua harus dioperasikan, dikerjakan sungguh-sungguh, dijalankan secara nyata, bermanfaat untuk banyak orang dan kelembagaan. Lihat tulisan Dahlan Iskan (Jawapos, 2 Januari 2012). Tahun 2012, Kerja, kerja, kerja…
Bagaimana sesungguhnya pembaharuan yang seharusnya dilakukan. Katakan ada seorang anak meminta terompet tahun baru kepada ayahnya. Si ayah sangat tahu.. bahwa membelikan terompet sangat tidak mendidik, terlebih ia tahu benar anaknya hanya sebatas bermain. Si ayah berpikir keras agar si anak terpenuhi keinginannya tetapi juga memperoleh pengalaman baru. Akhirnya, si ayah ini membuka memori masa kecil dan kreativitasnya ketika hidup (seadanya) di desa. Si ayah mengajak anak menemukan sisa-sisa kertas, fulven dan bahan lain. Ringkas cerita, si anak diajak berkreasi membuat terompet. Jadilah terompet itu. Dengan tahun baru, si anak mendapatkan memori luar biasa perihal cara perpikir, bersikap dan berperilaku membuat terompet.
Si ayah tadi telah menjadi manajer yang berhasil. Manajer yang memiliki keahlian dan mengaplikasikan keahliannya untuk kemanfaatan (anaknya) orang lain. Manajer ahli yang seperti ini yang oleh Dahlan Iskan jarang dimiliki oleh direksi BUMN. Manajer yang ahli akan membuat keputusan yang tepat, efisen dan sesuai kebutuhan. Ia akan berpikir ulang untuk mengangkat staf ahli yang tidak ahli seperti dirinya. Ia pasti akan mementingkan kerja, kerja dan kerja dengan mengaplikasikan keahliannya dan bukan untuk formalitas belaka.
Si anak tadi diyakini juga menjadi calon manajer yang berhasil. Bagaimana tidak, ia telah diajarkan dan mengikuti proses pembelajaran dari orang yang ahli. Si anak terlibat langsung mendapatkan pengetahuan dan filosofi terompet (kognitif). Terompet adalah alat untuk mengeluarkan bunyi yang ditiupkan dari saluran napas. Kuat lemahnya bunyian tergantung dari sumber tekanan dan ukuran kisi udara. Terompet berfungsi untuk mengingatkan orang-orang untuk menyiapkan diri sebelum atau menjelang suatu kejadian berlangsung[1]. Kemudian si anak diajarkan untuk memilih dan memilah bahan (afektif) pembuatan terompet. Ia belajar memanfaatkan kertas yang baik, yang perlu, dan yang cocok. Terakhir si anak berlatih mengembangkan ketrampilan mengukur kertas dan membuat peniup (psikomotorik). Ia menggunting kertas dengan rapi, mengukur lubang peniup secara cermat, dan memadukannya secara harmonis. Jelasnya, si anak menjalankan kerja keras mencapai hal yang diinginkan. Anak yang tertempa proses pembelajaran, bukan secara instan dilahirkan. Anak yang memahami filosofi dan menghargai makna waktu, menseleksi kebutuhan dari keinginan, dan berorientasi kepada kepedulian/harmoni (sosial). Anak-anak seperti inilah yang layak dipercaya menjadi manajer dan pemimpin bangsa.
Momentum tahun baru 2012, sudah selayaknya dijadikan awalan untuk proses pembelajaran untuk membentuk keahlian. Siapa saja, di bidangnya masing-masing, perlu menjadi manusia baru, yang dengan jujur dan membuka hatinya mengikuti proses pembelajaran seperti dicontohkan anak tadi. Memperbaharui diri dengan meningkatkan pengetahuan dan wawasan, bersikap positif dan produktif dan menjadi trampil di bidang keahliannya masing-masing.
Selamat tahun baru 2012 dengan terompet baru.
Vila Bukit Sengkaling, 2 Januari 2012
[1] Bisa dimaknai sebagai pergantian tahun atau (dalam keagamaan) sebagai sangkakala (terompet) yang akan ditiup untuk menandai akhir jaman
dan berharap semoga irama terompet itu benar benar dapat membuka hati, mata dan telinga, serta membangunkan, membangun jiwa baru, membangun semangat baru, membangun ide ide baru menuju Indonesia yang Maju dan membangun karakter bangsa dalam upaya peningkatan kwalitas SDM..
Smg harapan anda terpenuhi, Indonesia makin maju diiringi peningkatan kualitas SDM. Terimakasih komentarnya. Semoga sukses