MELIHAT SISI LAIN (MSL)
Di pasar, biasa terjadi tawar menawar harga. Pembeli meminta harga lima belas ribu untuk sesisir pisang, penjual bertahan pada harga enambelas ribu. Gagal lah transaksi itu. Di lapangan bola, Luis Suarez (Liverpool) enggan bersalaman karena masih emosi terhadap Evra (MU), padahal ini ditayangkan TV di seluruh penjuru dunia. Berkembanglah citra negatif terhadap Suarez. Banyak kejadian sejenis, berakhir dengan ketidak puasan, kekecewaan dan kerugian bagi satu atau dua belah pihak, atau masyarakat secara keseluruhan.
Pemandangannya pasti berbeda, ketika seorang ibu muda meminta anak balitanya membeli suling bambu dari seorang kakek penjual mainan. Bahkan si ibu dan balitanya mengikhlaskan kembalian uang untuk kakek tersebut. Betapa indahnya .. si ibu muda mampu melihat sisi lain (MSL) antara lain mengajarkan anaknya berinteraksi dengan orang tua dan belajar membeli, serta memberikan penghargaan dan pendapatan kepada kakek tua. Si kakek tua pun bangga melihat generasi muda yang berpikir arif dan hormat kepada orang tua.
MSL memiliki banyak makna dan implikasi yang mendasar. Pertama, menekan ego dan rasio. Banyak kesalahan pengambilan keputusan karena kurang mencermati sesuatu hal dari sudut pandang yang berbeda. Itu disebabkan karena pengetahuan yang terbatas, emosi, atau karakter ego yang dipaksakan dalam organisasi, kemasyarakatan atau lingkup yang lain. Hal ini harus dihindari dengan senantiasa berpikir cermat, hati-hati, banyak membaca, peduli serta mengembangkan komunikasi dan hubungan kolegial
Kedua, kreativitas. Banyak orang-orang yang berhasil karena MSL. MSL menghasilkan adaptasi, kreasi, ketangguhan dan cara pandang yang positif. Orangtua jaman dulu melaksanakan MSL, dengan menekankan anaknya untuk belajar sungguh-sungguh, jujur dan pantang menyerah. Hasilnya, anak-anak menjadi tangguh dan berhasilnya menyelesaikan masalahnya. MSL dalam dunia bisnis atau organisasi sangat penting. Keterbatasan modal, anggaran, SDM trampil dapat diselesaikan melalui MSL dengan mau belajar, berkreasi, tidak malas, tidak mengeluh, peduli kepada lingkungan dan orang lain. MSL dapat memandang dunia lebih luas dan indah dari yang dibayangkan, dan dapat membahagiakan orang lain.
Ketiga, penghargaan terhadap alam, lingkungan, dan modal sosial. Alam pada dasarnya memiliki karakteristik menuju atau mempertahan keseimbangan, demikian inti dari pengertian ekosistem pada matakuliah Ekologi dan Lingkungan. Konsep ini penting untuk dipahami (Gelb, 2001) khususnya dalam era globalisasi. Kesadaran lingkungan itu telah melahirkan modal-modal sosial, yang siap memelihara dan mempertahankan lingkungan untuk senantiasa berproduksi optimum (steady state equilibrium) dalam berbagai bentuk kesejahteraan. Hasilnya dapat dilihat, semakin dihormatinya hak-hak penduduk lokal dalam pembangunan. MSL dapat mengangkat harkat dan martabat masyarakat yang tertinggal. Sebaliknya, hal-hal yang menciptakan disharmoni, akan ditolak oleh alam, disingkirkan oleh lingkungan sosial.
Keempat, ikhlas dan sabar. MSL adalah suatu mekanisme perwujudan sikap ikhlas dan sabar menerima keadaan. Sikap yang diperlukan untuk menekan ego, untuk pembelajaran, untuk menghargai alam. Dalam acara live dari Hati ke Hati bersama Mama Dedeh, 18 Mei 2012, di stasiun TV swasta, disampaikan tema tentang Menyikapi Musibah. Tayangan menampilkan keluarga korban kecelakaan Sukhoi, almarhum Aan, seorang pilot yang ikut joyflight. Keluarga tersebut nampak sangat tabah menghadapi musibah tersebut. Angga, putra almarhum dengan gigih ikut dalam pencarian pesawat. Ringkas cerita, Mama Dedeh menyampaikan musibah berasal dari Allah, dan siapapun yang menerima musibah dengan ikhlas, sabar dan bertawakal, maka Allah akan menguatkan dan memudahkan manusia menjalani kehidupan. Jelasnya, MSL tidak hanya dapat mengembangkan sikap ikhlas dan sabar saat menerima musibah, tetapi juga sikap rendah hati saat manusia dalam posisi kegembiraan. Saat musim haji, jamaah dibekali untuk senantiasa MSL. Itulah mengapa senantiasa ada kekuatan dan kemudahan yang membantu jemaah haji melaksanakan perjalanan dan peribadatan haji.
MSL adalah inti kehidupan dan harus diperjuangkan dan dikembangkan dalam kehidupan dalam lingkungan apapun. MSL membutuhkan pengorbanan dan pembelajaran kehidupan. Melaksanakan pembelajaran dalam kehidupan dapat membangun kerangka berpikir yang komprehensif. Hal ini dapat membangun modal-modal sosial, kearifan, kecermatan dan penghargaan dalam rangka menciptakan kemanfaatan, harmoni dan kesejahteraan; serta menyelesaikan permasalahan kehidupan. Dalam proses ini, pembelajaran pada dasarnya mencoba menekan ego atau rasio sekaligus mengembangkan cara pandang lain, yang berbeda, dan tentu memberi manfaat dan maslahat. Semakin dihayatinya pembelajaran, maka akan menemukan banyak manfaat dari melihat sisi lain.
Melihatlah dari sisi lain!
Lembah Panderman, Malang 18 Mei 2012
Leave a Reply