Ke Temboro lagi

Penulis bersyukur, berkesempatan lagi berkunjung ke Kampung Madinah, Temboro, Magetan, Jawa Timur, pada tanggal 28 – 29 Agustus 2014.  Momentum kali ini adalah dalam rangka ijtima’ yang dihadiri jamaah dari seluruh Jawa Timur.  Sejak rencana ini diputuskan, memori Temboro seakan muncul kembali, bagaimana pertama kali penulis mengenal kampung Madinah ini, dan nuansa spiritual setiap kegiatannya (silakan baca disini).  Setelah itu, penulis berkesempatan menghadiri momentum lainnya (silakan baca link terkait di akhir tulisan ini).

Masjid Al Fattah, Temboro
Masjid Al Fattah, Temboro
Area parkir Ijtima' Temboro, 2014
Area parkir Ijtima’ Temboro, 2014

Momentum ijtima’ Jawa Timur kali ini tentu memiliki kesan yang berbeda.   Penulis mengamatinya dari kegiatan ini, respon para jamaah, serta hal terkait lainnya.  Kesan ini tentu dibandingkan dengan kondisi saat pertama penulis datang ke lokasi ini.

Pertama, kesan dan kenangan tentang KH Uzairon. Kampung Madinah dan seluruh jamaah baru saja kehilangan KH Uzairon, pemimpin dan pengasuh Pondok Pesantren Tahfizh Qur’an Al-Fattah, dimana merupakan pusat kegiatan dan kehidupan agama dari kampung Madinah ini.  Beliau meninggal pada tanggal  tanggal 21 juli 2014 ba’da magrib, atau bertepatan dengan 23 Ramadhan 1435 H.  Semoga Allah merahmati beliau.  Berita perihal meninggalnya beliau banyak dimuat internet, diantaranya website (1), termasuk Youtube (2).  Sebagai salah satu pimpinan jamaah Tabligh Indonesia, ketokohan beliau diakui di seluruh dunia.

Penulis punya kesan tentang keramahan almarhum saat berkesempatan bertemu di ruang samping mihrab imam di masjid Al Fattah (tanggal 15 Nopember 2012), dan saat menjadi tamu undangan tuan rumah KH Maftuh Said  di Pondok Pesantren (PP) Al Munawwariyyah, Desa Sudimoro, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, pada tanggal 3 Nopember 2012.  Tutur kata beliau halus dengan bahasa Jawa kromo, dengan nada sangat menghargai lawan bicara.  Penulis merasa bersyukur dipertemukan Allah dengan beliau.  Sebagai ungkapan keharuan itu, video youtube bayan beliau dapat disaksikan di widget (lihat kolom kanan) blog ini.

lingkungan luar masjid Al Fattah
lingkungan luar masjid Al Fattah

Penulis bertemu dengan beberapa jamaah yang menceritakan dengan air mata berlinang tentang almarhum.  Mereka memiliki kesan mendalam tentang perjuangan almarhum dalam memikirkan dan menghidupkan agama.  Meninggalnya KH Uzairon, tidak merubah semangat pendidikan santri pondok, motivasi berdakwah jamaah, serta semangat ukhuwah.  Justru pesan dan teladan beliau membangkitkan kegiatan dakwah, memotivasi jamaah untuk melaksanakan pesan-pesan beliau untuk  menegakkan kalimat thoyibah, La ilaha ilallah, ke seluruh penjuru muka bumi, sebagaimana dilakukan oleh nabi dan para sahabat.

temboro2014aKedua, kampung Madinah makin dikenal luas oleh masyarakat atau komponen pemerintah.  Kesan ini sekalipun subyektif, namun nampak begitu nyata.  Penulis dan rombongan oleh penerima tamu (istiqbal) ditempatkan di bagian blok umaro.  Penulis awalnya keberatan ketika ditanya oleh istiqbal perihal jabatan, namun akhirnya bisa memahami karena untuk kepentingan layanan (hikmat).   Di tempat ini penulis bertemu dengan tokoh-tokoh masyarakat, pemuka agama, pimpinan lembaga pemerintah, POLRI dan TNI.

Keesokan harinya, tanggal 29 Agustus 2014, semakin banyak para tokoh pemerintah yang hadir, diantaranya adalah bupati Ponorogo, Magetan dan Madiun, didampingi muspida.  Bapak-bapak bupati itu kemudian diberi kesempatan untuk menyampaikan sambutan oleh tuan rumah. Umumnya mereka menyadari peran pesantren dan kegiatannya dalam memberdayakan dan meningkatkan kualitas umat iman.  Dalam i’timaj ini, dipisahkan antara kelompok umaro, pelajar mahasiswa dan jamaah utusan dari seluruh Jawa Timur. Mereka menerima bayan (ceramah nasehat, lihat istilah) disesuaikan dengan tugas dan fungsinya masing-masing untuk meningkatkan kualitas ibadah dan menjalankan kegiatan dakwah di ruang lingkup kerja dan tanggungjawabnya.  Bayan di kelompok umaro diberikan dalam bahasa India (dan diterjemahkan), untuk meminta komitmen memikirkan agama setiap orang dua jam setiap hari.  Para pimpinan diharapkan, melalui wewenangnya dapat mengajak anggota di institusinya untuk mengambil tanggungjawab memikirkan agama.

Makan Kembul di masjid Al Fattah, Temboro
Makan Kembul di masjid Al Fattah, Temboro

Ketiga lingkungan pondok.  Di dalam kegiatan ijtima’, penulis berkesempatan berkeliling ke area pondok sambil bersilaturahim dengan beberapa teman jamaah. Kami para dosen Universitas Widyagama Malang, yakni Lukman Hakim, Aji Suraji, Nasharuddin, dan Mukhsim, hadir dalam ijtima’ ini,  meski penulis juga kaget karena tidak saling semayanan.  Masih ada teman-teman dosen lain dari UM (Dr. Nurhadi), Unitri (Dr. Eko Marhaen), dan Unesa (Dr. Agung).  Hal yang nyata, bahwa meski area masjid relatif tetap, namun ada tambahan ruang atau renovasi baru untuk meningkatkan daya tampung jamaah.  Saat ini daya tampung masjid kabarnya mencapai tujuh ribu orang.  Posisi imam pada ijtima’ kali ini sedikit bergeser ke selatan karena tambahan jamaah ijtima’ di arahkan sisi selatan masjid.  Masjid Al Fattah ini memang sangat pas didisain untuk ijtima’ dengan fasilitas peribadatan, wudhlu, makan, tidur, dan kamar mandi/WC yang memadai dan bersih.  Komplek lokasi masjid Al Fattah berada di wilayah pedesaan, dengan sarana jalan yang belum aspal.  Namun keterbatasan fasilitas itu tidak mengurangi niat, kesungguhan, dan kekhusukan jamaah untuk menghadirkan rasa rindu kepada Rasulullah.

temboro2014hPenulis juga berkesempatan mendatangi beberapa tempat di sekitar masjid, antara lain dapur untuk foreign (bertemu pak Bambang dan Mukhsim), ke lahan parkir dekat lapangan pacuan kuda (sempat bertemu p Agung), ke dapur umum jamaah, ke pasar kaget (sempat ketemu pak Bajuri), dan ke toko koperasi. Setiap orang sibuk masing-masing dengan tugasnya.   Saat berjalan ke pasar kaget di lokasi darurat di luar pondok, nampak sedang dilakukan pembangunan di sekitar jembatan.  Jembatan juga telah dilebarkan untuk memberi akses yang nyaman masuk ke pondok

temboro2014gOrganisasi dapur adalah hal penting agar bisa memberikan layanan konsumsi (hikmat) sebaik-baiknya kepada jamaah. Pondok menyiapkan ruang dapur umum (di luar masjid) yang diatur berdasarkan asal jamaah (untuk jamaah domestik).  Tim katering daerah ini menyiapkan dan mengkoordinasikan logistik dan menyiapkan makanan tiga kali sehari untuk rombongannya masing-masing.  Di masing-masing dapur nampak ragam logistik dan peralatannya, ada kompor gas, panci, galon air mineral, beras, tahu, tempe, bungkusan bawang, krupuk, dan buah nangka muda.   Sebagian jamaah nampak sibuk mengupas bumbu dan memasak menu gulai, sehingga memunculkan bau yang mengundang selera. Masih ada dapur yang dikelola oleh pondok, ditujukan untuk melayani konsumsi kepada kelompok umaro dan pelajar/mahasiswa.

Dua hari di Temboro terasa begitu singkat.  Jumat (29/8) malam, kami harus berangkat ke Semarang, untuk menghadiri ujian studi Doktor pak Purnawan Sabtu pagi di Universitas Diponegoro.  Kami pun pamit dengan para jamaah lain, meninggalkan kenangan Temboro.  Tidak mengapa sedikit waktu diluangkan untuk hal-hal yang dapat menambah ilmu dan pengetahuan, serta pengalaman yang bermanfaat.  Waktu bergerak, manusia pun harus bergerak.

Semoga tulisan singkat ini memberi manfaat, agar senantiasa dapat meningkatkan ilmu dan ketaqwaan kepada Allah SWT, serta mengikuti sunah Rasulullah SAW dan langkah mulia para sahabat. .

Lembah Panderman, 15 September 2014.

Tulisan terkait

  1. Bertemu saudara muslim di Thailand: (1) Meningkatkan iman dan taqwa
  2. Bertemu saudara muslim di Thailand: (2) Makan kembul dan silaturahim
  3. Bertemu saudara Muslim di Thailand: (3) Menikmati-kuliner-halal-thailand
  4. KH Maftuh Said: Kurdi dan Cengkir

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *