Mengajak mahasiswa menulis ala Jawapos

Dunia tulis menulis memang menarik.  Siapa yang pandai menulis mendapat perhatian.  Seorang penulis memberi kesan bagi pembaca.  Karyanya, baik itu buku, novel, naskah, cerita pendek, memberi pengaruh kepada pembaca dan kehidupan.  Tapi, yang tertarik menulis jumlahnya tidak banyak.  Yang tekun menulis sangat sedikit.  Yang menghasilkan tulisan lebih sedikit lagi.  Hal ini yang menjadi kegelisahan para penulis, termasuk saya.

Wartawan Pilar UWG di kantor Jawapos
Wartawan Pilar UWG di kantor Jawapos

Upaya mengajak orang lain menulis terus saya usahakan.  Kepada keluarga, lumayan sih.  Istri dan anak-anak sudah biasa menulis.  Istri dan anak perempuan pernah HL di kompasiana.  Hanya si anak laki yang belum kelihatan hasilnya.  Mereka punya blog, tapi masih kurang tekun mengisinya, masih angin-anginan.

Mengajak kolega dosen juga tidak mudah meski kehidupannya dekat dengan menulis.  Hanya sekitar lima belas orang dosen yang punya blog, itupun juga angin-anginan menulis.  Saya sering memotivasi, bahwa dosen yang ngeblog akan memberikan kebangggan kepada mahasiswa atau koleganya.  Dosen dapat menampilkan kinerja akademiknya di blog, dan terbaca oleh orang seluruh dunia.

Yang paling menantang adalah mengajak mahasiswa.  Saya sengaja pamer blog ke mahasiswa saat memberi kuliah.  Bahan ajar dan buku, atau tulisan terpampang di di blog, dengan harapan terbaca mahasiswa dan berdampak kepada mereka.  Ini juga belum memberi hasil.  Nggak masalah yang penting sudah berusaha.

Di kampus kebetulan ada koran kampus, namanya Pilar (lihat disini), yang dikelola oleh bagian humas.  Wartawan kampus mengandalkan mahasiswa UKM pers.  Inilah sasaran yang pas. Saya ingin mengajak mahasiswa wartawan kampus serius mencintai dunianya itu.  Maka, dilakukanlah pertemuan untuk memotivasi agar konsisten menulis.  Pertemuan siang itu didahului makan nasi bungkus murah meriah, diikuti sekitar 10 orang.  Saya cerita ngalor ngidul tentang menulis dan manfaatnya.  Saya ceritakan tentang kompasiana, tentang blog kampus, tentang blog umum.  Alhamdulillah mereka memberi respon, bahkan ada yang mengaku punya blog kompasiana.  Saya meyakini, kemampuan mahasiswa pasti lebih canggih dari yang saya bayangkan.

Dari pertemuan itu disepakati komitmen untuk mengerjakan terbitan khusus perihal mahasiswa baru.  Kami dan mahasiswa pun sepakat membagi tugas dan memulai kerja.  Ada yang mencari berita profil, berita foto, hunting tulisan, tokoh.  Bagian layout juga mendisain beberapa alternatif wajah koran khusus ini.  Ini adalah upaya mahasiswa ini sangat luar biasa.  Kegigihannya dan semangat belajarnya mengagumkan.  Ketika target atau sasaran berita sudah terkumpul, tantangan sesungguhnya dimulai.

User comments
diskusi dengan wartawan Pilar

Tulisan yang baik memenuhi kriteria harus jadi (selesai), benar, simpel, menarik, dan enak atau perlu dibaca.  Mereka harus menyelesaikan tulisan.  Nah, disinilah mahasiswa mulai menemui kesulitan atau hambatan.  Tulisan belum baik, disain pun belum cocok, termasuk penempatan atau pemilihan foto.  Saya coba membantu dengan mencermati draf, memilah, dan merevisi.  Tapi akhirnya deadline yang mengakhiri tugas ini.  Tabloid edisi khusus itu akhirnya terbit, dengan berbagai catatan.  Ada foto yang tidak asli, ukurannya tertarik vertikal atau horizontal.  Ada foto yang dibiarkan gelap.  Namun, respon umumnya pembaca, khususnya mahasiswa baru cukup menggmbirakan.

Berfoto di Graha Pena bersama pak Dahlan iskan, th 2005
Berfoto di Graha Pena bersama pak Dahlan iskan, th 2005

Saya merasa masih belum puas.  Wartawan kampus perlu berlatih lagi.  Saya melihat mereka sering berkumpul dan akrab.  Kekompakan mereka menjadi modal kuat untuk belajar, saling melengkapi, dan tentu saling menyemangati.  Mereka memang punya kemampuan melebihi yang saya bayangkan.   Hingga suatu saat, mereka memberi undangan untuk ikut dalam kunjungan ke Jawapos.  Bagi saya ini momentum sangat baik, mereka sungguh luar biasa.  Sekitar 10 tahun yang lalu, sy pernah hadir di kantor koran nasional ini.

Redaktur senior Mas Rudi dan Nouval
Redaktur senior Mas Rudi dan Nouval
Tabloid Pilar sedang didiskusikan oleh Redaktur Rudi
Tabloid Pilar sedang didiskusikan oleh Redaktur Rudi

Tiba saatnya, kami (15 orang, termasuk mahasiswa) hadir di gedung Graha Pena.  Di redaksi Jawapos, kami diterima redaktur senior mas Rudi dan Nouval.  Mahasiswa antusias menyampaikan pertanyaan dalam diskusi.  Kami berikan dua terbitan tabloid kampus kepada mas Rudi dan Nouval untuk dianalisis, dan diberi masukan.  Disinilah baru kelihatan bahwa saya juga mahasiswa masih perlu belajar banyak.  Mereka memberi kiat-kiat menulis ala Jawapos, misalnya tulisan harus simpel, updated, tidak perlu berpanjang kata, mudah dipahami orang biasa, enak dibaca, dan menghibur.  Jawapos juga unggul dalam disain, dengan menampilkan gambar warna dan foto closeup.  Tentu saja, poin penting adalah belajar bagaimana mengorganisasikan koran, membangun budaya organisasi, dan pentingnya teamwork.  Bekerja menjadi penulis tentu harus bekerja keras, disiplin, biasa dengan deadline.

Bagaimana mendisain koran Jawapos, oleh mas Rudi
Bagaimana mendisain koran Jawapos, oleh mas Rudi

Jawapos berusaha untuk selalu dekat dengan pembacanya, dengan selalu berinovasi.  Pada awal 2010, mencoba program DetEksi, yakni rubrik yang membahas gaya hidup remaja.  Hasilnya, Jawapos mendapatkan penghargaan World Young Reader Prize pada tahun 2011, bersaing dengan Wall Streat Journal, dan Chicago Tribune dan Yomiuri Shimbun (Jepang). Rubrik DetEksi  juga menggelar Development Basketball League (DBL), kompetisi bola basket yang diikuti oleh siswa SMA di seluruh Indonesia.

Ruang redaksi Jawapos
Ruang redaksi Jawapos
Penulis bersama Azrul Ananda
Penulis bersama Azrul Ananda

Di ruang redaksi bulat berdiameter 25 m itu, nampak para wartawan sedang bekerja.  Suasana kerja sangat hening, menunjukkan profesionalitas.  Saya berkata kepada bu Ulli: “Bu, kenal nggak dengan orang itu”.  Bu Ulli diam berpikir, lanjut saya: “Itu lah bosnya Jawapos sekarang, Azrul Ananda, anak muda berprestasi, putranya pak Dahlan Iskan”.  Idola anak muda itu adalah tokoh dibalik DBL.

Berfoto dengan Azru; Ananda, CEO Jawapos
Berfoto dengan Azrul; Ananda, CEO Jawapos

Selesai diskusi dengan mas Rudi dan Nouval, kami diajak ke bagian layout.  Karena tempatnya terbatas, rombongan jadi memisah.  Info tentang keberadaan Azrul mulai menyebar ke mahasiswa.  Sebagian usul ingin berfoto dengan Azrul.  Disinilah mulai heboh, kami dosen maupun mahasiswa akhirnya berfoto dengan Azrul, dan minta tanda tangan.  Azrul orangnya rendah hati melayani permintaan kami.  Mahasiswa juga diberi tulisan tangan kata-kata bijak dan penyemangat.  Dibenarkan oleh mas Rudi, meski Azrul adalah bos, namun meja kerjanya campur dengan wartawan. Ia bekerja layaknya orang lain.  Kedekatan ini menjadi ciri Jawapos.

Tabloid Pilar bertandatangan Azrul Ananda
Tabloid Pilar bertandatangan Azrul Ananda
berfoto di kantor redaksi Jawapos
berfoto di kantor redaksi Jawapos

Tugas saya masih belum selesai.  Saat perjalanan pulang ke Malang, kembali saya ajak bicara mahasiswa.  Nampak hati mereka masih terkesima, bersuka ria dan terkesan dengan Jawapos. Ada rasa bangga dengan pengalaman hari itu, ..apalagi ketemu CEO Jawapos.  Saya langsung tawari, mengajak mereka untuk menulis.  “Ayo, coba menulis pengalaman atau kesan dari kunjungan Jawapos, 750 hingga 1000 kata.  Seminggu cukup ya!  Mereka pun sepakat.

Ditunggu-tunggu, hingga seminggu, delapan hari, sepuluh hari.  Ternyata ada dua email masuk dari mahasiswa, yang menulis kesan Jawapos.  Saya buka tulisan itu.  Lumayan bagus.  Jempol untuk mahasiswa wartawan kampus, Febri dan Wahyu.   Saya meyakini, kemampuan mahasiswa pasti lebih canggih dari yang saya bayangkan.  Semoga lainnya menyusul dengan tulisan yang bagus.

Malang, 17 Nopember 2015

2 Comments

  1. santoso,sp

    siip Prof. Iwan.
    Makasih atas bimbingan / arahan bapak pada kami semua untuk senantiasa terus meningkatkan kemauan menulis dan menulis.

    • Iwan Nugroho

      sama2 pak, terus belajar, membaca dan menulis

Leave a Reply to santoso,sp Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *