Fenomena Gunung Es dan Kerendahan Hati
Success comes to those who dedicate everything to their passion in life. To be successful, it is also very important to be humble and never let fame or money travel to your head. (A. R. Rahman)
Gunung es (iceberg) tampak di permukaan atau terlihat hanya sekitar 20 persen, sementara 80 persen tersebunyi di dalam laut Fenomena gunung es melahirkan konsep teori atau makna dalam kehidupan. Teori Iceberg lahir dari pendekatan Ernest Hemingway yang menyukai gaya penulisan berdasarkan fakta. Sementara tafsiran dibalik fakta dikembangkan sendiri oleh pembaca. Fenomena gunung es ini sangat relevan menjelaskan berbagai masalah kehidupan. Sebuah fenomena dapat dianalisis dari fenomena gunung es dan berikut solusinya.
Kehidupan organisasi yang maju juga menghayati fenomena gunung es itu. Organisasi nampak biasa-biasa saja dilihat oleh kebanyakan orang. Namun, organisasi itu diam-diam membangun visinya ke depan, menyiapkan SDM bermutu, dan membangun riset dan teknologi, untuk menghasilkan produk dan jasa bagi umat manusia. Perihal ini bisa belajar banyak dari Jawapos Group, PT Telkom, atau PT Astra International.
Manusia pun dapat dideskripsikan seperti gunung es. Apa yang nampak dari seseorang, misalnya sikap, ucapan dan perilakunya, adalah permukaan saja. Orang hidupnya berhasil atau sukses, itu luarnya saja. Mungkin tidak mudah melihat dibalik itu, misalnya bagaimana orang itu menjalankan kedisiplinan, kerja keras, kerendahan hati, integritas dedikasi, atau pengorbanannya. Aspek internal itu lah sebenarnya yang lebih penting dianalisis, dipelajari dan dicontoh. Aspek internal itu adalah kondisi aktual, kritikal, bagaimana seseorang mengambil keputusan yang sulit dan berani.
Aspek internal seseorang terkait dengan belief, norma, dan ketrampilan yang harus dikuasai secara konsisten. Bekerja tekun akan menghasilkan prestasi. Ini adalah keyakinan atau komitmen (baca iman) yang harus dipunyai seseorang. Keyakinan itu tertanam kuat dalam benak pikiran. Keyakinan itu diimplementasikan dengan (amal) bekerja disiplin dan menguasai (ilmu) ketrampilan tertentu. Keyakinan mengantarkan langkahnya berjalan secara ikhlas dan tulus, disertai pengorbanan untuk konsisten mau belajar menguasai ilmu, menambah ilmu dan ketrampilan. Bila ketiga hal aspek internal itu dilakukan, maka akan menghasilkan prestasi yang dapat dilihat orang lain.
Memberikan ilmu dan ketrampilan kepada mahasiswa sudah berjalan selama ini. Mahasiswa kemudian lulus dengan IP yang diharapkan. Namun hal itu rasanya belum cukup. Mahasiswa juga harus lulus dalam hal belief dan norma. Mereka harus mengalami pembelajaran perihal karakter, kerendahan hati, dedikasi, atau integritas. Karena itu, kampus juga punya tanggungjawab memberikan pembelajaran karakter, syukur-syukur melalui sistem mutu yang ada di kampus. Dosen menunjukkan keteladanan perihal integritas dan kedisiplinan, misalnya dosen mengajak mahasiswa riset dan publikasi bersama, dan siap membantu kesulitan mahasiswa. Mahasiswa dapat membangun pertemanan yang positif dan kondusif, dengan mengerjakan kegiatan yang bermanfaat, menulis proposal, atau seminar.
Saat ini, kompetisi dunia kerja sangat tinggi. IP seorang lulusan belum menjamin ia sukses bekerja. IP tidak lebih hanya syarat administrasi untuk masuk kerja. Sesungguhnya persaingan adalah pada menguji aspek internal seseorang, bagaimana ia bekerja sama dengan orang lain, rendah hati, kemauan belajar serta integritasnya. Sesungguhnya, kantor atau perusahaan tidak mencari orang yang pintar, tetapi lebih mengutamakan orang-orang yang berdedikasi dan rendah hati untuk mengembangkan kantor.
Tulisan ini telah terbut di koran Pilar, edisi XXV tahun 2017
2 Comments
Join the discussion and tell us your opinion.
Bagaimana sy bisa byk belajar& membaca tulisan bapak, yg lain, krn tulisan ini sgt bermanfaat utk pengusaha pemula spt sy.
smg sukses selalu