Yang dirindukan

gstatic.com

Setiap orang mengenal nama Bilal, lengkapnya Bilal bin Rabah.Bilal adalah seorang mantan budak yang dimuliakan Rasulullah, dan menjadi pelantun adzan yang suaranya amat merdu.  Bilal mengalami kesedihan yang luar biasa mendalam ketika Rasulullah meninggal.  Saking sedihnya, Bilal pergi meninggalkan Madinah, mengikuti tentara Islam yang pergi ke Syam (Syiria).

Lama meninggalkan Madinah, hingga suatu malam Bilal bermimpi didatangi Rasulullah.  “Ya Bilal, wa maa hadzal  jafa’? Hai Bilal, kenapa engkau tak mengunjungiku? Kenapa sampai begini?”, kata Rasul.  Bilal pun bangun terkejut.  Rindunya kepada Rasul kembali mengembang.  Ia pun mempersiapkan perjalanan ke Madinah, ziarah ke makam Nabi saw.

suasana buka puasa di masjid nabi (koleksi pribadi)

Saat tiba di Madinah, Bilal melepaskan rasa rindunya pada Nabi saw sang kekasih. Cucu nabi, Hasan dan Husein terlihat mendekatinya. Bilal yang kian beranjak tua kemudian memeluk kedua cucu Nabi itu. Mereka berkata kepada Bilal: “Paman, maukah engkau sekali saja mengumandangkan adzan buat kami? Kami ingin mengenang kakek kami.”  Umar bin Khattab, khalifah saat itu juga memohon Bilal untuk mengumandangkan adzan, meski sekali saja.

Bilal memenuhi permintaan itu. Saat waktu shalat tiba, Bilal naik ke tempat adzan. Saat lafadz “Allahu Akbar” dikumandangkan, mendadak seluruh Madinah senyap.  Seluruh aktivitas kaum muslimin berhenti, terkejut.  Suarayang bertahun-tahun hilang itu telah kembali.  Suara seseorang nan agung, yang begitu dirindukan. Ketika Bilal melafadz kata “Asyhadu an laa ilaha illallah”, seluruh penduduk kota Madinah keluar rumah.  Saat Bilal mengumandangkan “Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah”, terdengar suara tangisan dan ratapan yang sangat memilukan. Semua mengenang masa-masa indah bersama Nabi. Umar bin Khattab menangis paling keras. Ringkas cerita, itu adalah adzan pertama sekaligus yang terakhir oleh Bilal setelah Nabi saw wafat. Dia tak pernah bersedia lagi mengumandangkan adzan karena kesedihan yang mendalam mengenang Rasulullah yang telah memuliakannya.

gstatic.com/

Apa yang dapat dipetik dari kisah sahabat Bilal tersebut.  Pertama, memelihara kerinduan kepada Rasul.  Betapa besar cinta Rasul terhadap umatnya.  Pengorbanan Rasul adalah untuk umat.  Yang dipikirkan rasul adalah umat.  Rasul ingin mendampingi umatnya masuk ke dalam surga.  Pertanyaannya, sejauh mana kita mengenal rasul, memahami Al Quran, mencintai Rasul, serta mentaati nasehat dan sunah Rasul. Sejauh mana kerinduan kepada Rasulullah?Jangan-jangan kita tidak mengenal Rasul, tidak memahami shalawat.  Kedua, menjadi pribadi yang dirindukan.  Bilal begitu dirindukan, bahkan oleh keluarga Rasul. Mengapa? Karena Bilal adalah orang yang dimuliakan Rasul, memiliki akhlak dan ketulusan dalam mendampingi dan mengabdi kepada rasul dan menegakkan agama Islam.  Pertanyaannya, sejauh mana diri kita ditunggu-tunggu atau dirindukan oleh keluarga, atasan, bawahan, tetangga, teman, kolega, guru, murid atau mahasiswa.  Jangan-jangan kita adalah orang yang menjengkelkan, tidak ikhlas, pemarah, tidak menyenangkan, atau tidak berguna.

Kini saatnya kita mempelajari ilmu dari Rasulullah, meneladani akhlak sahabat, dan meniru kemuliaan dan perjuangan pewaris ilmu Rasul. Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah untuk Nabi dan ucapkanlah salam kepadanya.” (Al-Ahzab: 56)

Tulisan ini terbit di majalah Pilar edisi Maret 2014, Universitas Widyagama Malang

Sudimoro, 27 Maret 2014

2 Comments

  1. Ngudi Tjahjono

    Sungguh indah menjadi pribadi yang merindukan dan dirindukan Rasulullah Muhammad saw.

  2. Iwan Nugroho

    Pak Ngudi, terimakasih atas komentarnya

Leave a Reply to Iwan Nugroho Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *